Friday, September 17, 2010

Pencarian Tuhan

Menanggapi tulisan mengenai pencarian Tuhan melalui akal yang akhirnya terjebak dalam proses pembuktian keberadaan atau ketidakberadaan Tuhan, saya akan memberikan pandangan filosofis mengenai konsep Ada dan Tiada ini.
Kita sering menganggap bahwa suatu hal yang Ada menjadi Tiada itu adalah karena terjadinya suatu proses pelenyapan yang Ada.  Anggaplah semisal kita punya sebuah cangkir, kemudian cangkir tersebut dihancurkan sehingga tidak tampak lagi cangkir tersebut.  Benarkah cangkir tersebut yang awalnya Ada menjadi Tiada?  Atau itu sebenarnya hanya proses transformasi dari benda dalam wujud tertentu menjadi wujud yang lain ?
Konsep ke-Tiada-an sebenarnya adalah konsep virtual untuk melabelkan adanya perubahan suatu wujud yang satu menjadi wujud yang lain. Tidak pernah ada di alam ini benda atau zat yang benar-benar menjadi Tiada setelah Ada. Atau sebaliknya, dari Tiada menjadi Ada. Yang ada adalah proses transformasi, baik itu transformasi ruang atau waktu maupun transformasi wujud atau sifat. Orang fisika mengatakan adanya “hukum kekekalan energi”.
Kalau kita amati lagi di alam ini, tidak ada satu pun hal yang Ada yang tercipta (oleh siapapun) dari hal yang Tiada. Semua hanya proses transformasi dari zat atau wujud yang ada menjadi zat atau wujud yang lain.
Implikasi dari pemahaman ini adalah bahwa, semua yang Ada itu berasal dari hal yang Ada lainnya. Awal muasal suatu yang Ada itu berasal dari yang Ada pula.  Ketiadaan itu hanya suatu konsep virtual yang sangat tergantung pada dimensi ruang dan waktu. Dengan kata lain, Ketiadaan hanyalah sebuah label untuk menyebutkan suatu wujud atau zat dengan sifat tertentu telah berubah menjadi wujud atau zat dengan sifat yang berbeda dari sebelumnya.
Para pemikir (filosof) sering terjebak pada konsep asal muasal Ketiadaan.  Seolah-olah awal dari segala awal adalah Ketiadaan.  Seperti pendapat yang sering ditulis dalam bahasa Inggris sbb. “In the beginning there is nothing”.  Yang benar adalah, “In the beginning there is something”.
Dengan demikian, pencarian Tuhan dengan menggunakan Akal tidak akan terjebak pada masalah pembuktian bahwa Tuhan Ada atau Tidak.  Kalau manusia saat ini sadar bahwa dirinya Ada, maka pertanyaan selanjutnya adalah, wujud apa sebelumnya dari wujud manusia yang ada saat ini.
Dari proses pencarian sumber asal muasal keberadaan manusia, akhirnya kita memerlukan suatu sebutan untuk memberikan label sumber dari segala sumber yang Ada, yaitu Tuhan.
Jadi Tuhan selalu Ada pada saat manusia mulai menyadari keber-Ada-annya (manusia) di alam ini.
Yang manusia ingin selalu mencoba “membuktikan” keberadaan Tuhan itu sebenarnya adalah ingin “merasakan” (baik melalui panca-indera maupun indera yang lain) zat atau wujud Tuhan agar dia menjadi yakin atas keberadaan Nya.  Tapi secara logika di atas, Keberadaan Tuhan selalu ada dengan kesadaran manusia bahwa dirinya (diri manusia sendiri) Ada.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...