Sunday, June 10, 2012

Waspada ini, Jumlah Anak Stres Semakin Meningkat

Waspada, Jumlah Anak Stres Semakin Meningkat
Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas PA (google)
Jakarta, Psikologi Zone – Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menerima rata-rata 200 laporan kasus per bulan sepanjang tahun 2011, meningkat 98 persen dari tahun sebelumnya. laporan ini turut mengindikasikan adanya peningkatan gangguan stres pada anak di Indonesia. Peningkatan jumlah anak yang mengalami gangguan stres diketahui banyak penyebab. Komnas PA mencatat, 82,9 persen penyebab anak stres justru berasal dari kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua. Apalagi diperparah dengan sikap Orang tua yang cenderung memforsir tenaga anak dalam rutinitas padat, sehingga hak bermain dan berkreasi menjadi hilang.
“Jangan remehkan ini, sudah tercatat sebanyak lima anak dibawah 10 tahun berusaha melakukan pencobaan bunuh diri akibat stress. Dua diantaranya telah meninggal,” kata Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas Perlindungan Anak, Selasa (20/3).
Kebijakan pemerintah diketahui ikut menyumbang penyebab anak di Indonesia mengalami stres. Hal ini diketahui melalui banyak kurikulum pendidikan yang dirasa berat dan tidak pasti bagi anak-anak. Anak akan mengalami kebimbangan dan berujung pada stres.
Sumber stres yang tidak kalah penting adalah persepsi masyarakat yang berpatokan pada kepintaran, membuat orang tua berbondong-bondong menstimulasi anak mereka hingga berlebihan.
“Orangtua memiliki kontribusi stres pada anak, Orang tua juga memiliki andil besar terhadap tumbuh kembang anak-anaknya, bukan orang lain,” ungkap Arist.
Arist menyarankan, orang tua sebaiknya tidak menganggap anak sebagai milik mereka, namun anak adalah titipan tuhan yang harus ditempatkan secara adil bukan semau orang tua.
“Orangtua masih banyak yang diskriminatif terhadap anak, dan lebih mengedepankan hukuman,” ungkapnya.
Solusi menangani anak stres tidak cukup dengan mengurangi tekanan mentalnya. Orang tua perlu untuk mulai membiasakan diri bersahabat dengan anak.
“Orangtua juga perlu minta maaf jika bersalah atau tak memenuhi janji misalnya. Saat minta maaf, posisikan kepala sejajar dengan anak, ucapkan maaf dengan mensejajarkan diri dengannya,” kata Arist memberi contoh. (kmp/ant/mba)
sumber: psikologizone.com

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...