Monday, September 13, 2010

Menumbuhkan Kemampuan Anak Mengekspresikan Diri: Yang Bisa Dilakukan Orang Tua Sejak Hari Ini

 Mengembangkan Imajinasi Anak
Izinkan anak memegang kendali.
Sampaikan kata-kata yang mengembangkan imajinasinya.

              Daya imajinasi akan tumbuh berkembang dengan cara mengekspresikannya. Jadi, memupuk daya imajinasi sama dengan memupuk kemampuan menyampaikan sesuatu.
Tetapi anak usia ini masih belum mahir membayangkan sesuatu dan menyatakannya dengan kata-kata jika tidak ada awal yang jelas. Orang dewasa sering ceroboh bertanya, “Kamu sebenarnya mau apa?” “Cepat putuskan!” dan pertanyaan sejenis yang memaksakan anak berpikir dari sesuatu yang tidak ada. Misalnya seperti contoh 1 berikut ini:

Contoh 1:
Ibu: “Mau main di taman mana?”
Anak: “Mmmm... tidak tahu.”
Ibu: “Kalau tidak cepat memutuskan, keburu waktu makan siang.”
Anak: “Kalau begitu, Taman Sakura.”
Ibu: “Taman Sakura? Nggak ah, kan jauh.”
Anak: “Tapi aku suka kolam pasir di Taman Sakura.”
Ibu: “Kalau begitu cepat ambil sekop dan ember plastikmu.”
Anak: “Di mana?”
Ibu: “Di dekat pintu kan. Cepat ambil sana.”
Anak: “Nggak tau ah.” (meledak tangisnya)

Dalam contoh 1, ibu memegang kendali, tetapi tidak memberikan pilihan-pilihan yang kongkrit, sehingga anak tidak bisa membayangkan tindakan selanjutnya. Apalagi pilihan anak lalu ditolak oleh ibu, sehingga anak menjadi semakin tidak senang, dan akhirnya menangis. Jika percakapan semacam ini diulang-ulang dalam kehidupan sehari-hari, anak tentu saja menjadi kesal dan mudah menangis, sedangkan ibu kemudian memarahi. Karena dimarahi tentu anak tambah menangis, dan seterusnya menjadi lingkaran setan.    

Contoh 2:
Ibu: “Mau main di taman mana?”
Anak: “Mmm... nggak tahu.”
Ibu: “Kalau begitu kita pergi ke Taman Sakura yuk!”
Anak: “Ya. Aku mau ke Taman Sakura.”
Ibu: “Kemarin dulu kita bikin terowongan pasir di sana.”
Anak: “Kita bikin lagi yuk!”
Ibu: “OK. Ayo kita bawa sekop plastik.”
Anak: “Bawa ember juga ya.”
Ibu: “Ayo lomba lari sampai taman.”
Anak: “Asyik! Satu, dua, tiga!”

Kemampuan anak untuk membayangkan sesuatu masih minim, maka orang dewasa perlu memberikan pertolongan. Jika anak menjawab “tidak tahu”, cobalah mengembangkan imajinasinya dengan memberikan saran atau pilihan kongkret seperti contoh 2 (“Bagaimana kalau kita ...?”).
Jika anak mengatakan, “Aku ingin melakukan ...”, tanggapilah dengan pengakuan positif, seperti ,“Ide bagus.” “Kayaknya seru.”  Selanjutnya coba arahkan percakapan agar anak bisa membayangkan kejadian menarik yang akan terjadi (“membuat terowongan pasir”). Dengan begitu imajinasi anak akan berlanjut (“mari bawa sekop” “mari bawa ember” dsb.)

Pandanglah “Masa Memberontak” Sebagai Masa Menjadi Dewasa Bagi Orang Tua Pula
              Masa melawan ini selain masa yang penting untuk memupuk kemampuan anak demi masa depannya, juga merupakan kesempatan untuk melihat anak sebagaimana dia apa adanya, dan kesempatan untuk mawas diri bagi orang tua. Ekspresi diri khas masa melawan ini –rewel dan menolak semuanya- tidak berlanjut selamanya. Jika anak sudah mengingat cara menyampaikan dirinya, sudah bisa menahan diri dan mengikuti aturan, dengan sendirinya ledakan emosinya akan berkurang. Tetapi, kemampuan untuk menyatakan perasaan dan pendapat tetap diperlukan dalam kehidupan anak selanjutnya. Dengan semakin luasnya pergaulannya, sejak masuk TK dan seterusnya, akan semakin banyak kesempatan di mana ia harus menyatakan perasaannya kepada orang lain, menahan diri, dan sebagainya. Kemampuan mengekspresikan diri yang diperoleh di usia 2~3 tahun inilah yang akan menjadi dasar kemampuan untuk hidupnya, 10 tahun, 20 tahun ke depan.
Orang tua wajib mengajarkan kepada anak kemampuan yang penting baginya. Keyakinan bahwa orang tua akan menolong jika diperlukan, merupakan hal yang sangat dibutuhkan anak. Oleh karena itu, orang tua harus membangun hubungan kepercayaan yang kokoh dengan anak. Dalam artian ini pun, cara orang tua berhubungan dengan anak pada masa melawan ini merupakan hal yang tidak boleh dianggap remeh. Membesarkan anak adalah pengalaman berharga untuk tumbuh menjadi manusia yang lebih utuh bagi orang tua. Semoga dengan mengasah kemampuan mengatasi masalah dengan anak, orang tua pun bisa menjadi orang dewasa yang lebih dewasa.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...