Dua ahli filsafat abad ke-17 memiliki dua pendapat berbeda tentang bagaimana akal manusia bekerja.


René Descartes berpendapat bahwa akal manusia melakukan dua langkah yang berbeda sebelum mempercayai sebuah ide: pertama-tama akal akan mencoba untuk mengenali sebuah ide; dan kedua, akal a
kan menilai validitas dan kebenaran dari ide tersebut.

Baruch Spinoza berpendapat bahwa kedua hal tersebut dilakukan dalam satu langkah: semua ide yang diterima akal manusia akan dinilai sebagai kebenaran, dan selanjutnya hanya kadang-kadang saja akal manusia akan merevisi pemercayaan terhadap ide tersebut.


Teori manakah yang benar? Daniel Gilbert ¡Vprofesor pada Departemen Psikologi Universitas Harvard¡V melakukan beberapa penelitian selama beberapa tahun untuk mengetahui model mana yang lebih baik dalam menggambarkan bagaimana akal kita bekerja.


Analogi Perpustakaan


Gilbert menggunakan analogi perpustakaan untuk menggambarkan bagaimana kedua teori ini bekerja. Bayangkan sebuah perpustakaan dengan koleksi beberapa juta buku, dan di antara buku-buku tersebut hanya ada sedikit buku fiksi. Ada dua cara untuk membedakan mana buku yang fiksi dan mana yang non-fiksi.


Perpustakaan Kartesian (Descartes) akan menempelkan tanda berwarna merah pada buku-buku fiksi dan tanda berwarna biru pada buku-buku non-fiksi. Sedangkan perpustakaan Spinozan akan menempelkan tanda pada buku-buku fiksi dan membiarkan buku-buku non-fiksi tidak bertanda.


Pada kondisi ideal, kedua perpustakaan tersebut akan memberikan jawaban yang sama untuk pertanyaan ¡§Apakah buku ¡¥Civilization and Its Discontent¡¦ fiksi atau non-fiksi?¡¨ Perpustakaan Kartesian akan mencari jawabannya berdasarkan warna tanda yang ditempel pada buku tersebut, jika berwarna biru, maka jawabannya adalah non-fiksi, dan jika merah maka jawabannya adalah fiksi. Sedangkan perpustakaan Spinozan akan melihat apakah buku tersebut diberi tanda, jika diberi tanda maka buku tersebut adalah fiksi, dan jika tidak maka jawabannya adalah non-fiksi.


Tetapi jika ada yang berhasil menyelundupkan sebuah buku (misalnya ¡¥War of the Worlds¡¦) ke dalam perpustakaan tanpa melakukan prosedur pemberian tanda, hasilnya akan berbeda. Perpustakaan Kartesian akan melihat bahwa buku tersebut tidak diberi tanda dan akan menjawab ¡§Saya tidak tahu buku ini fiksi atau non-fiksi.¡¨ Sedangkan perpustakaan Spinozan akan menyimpulkan ¡§Buku ini non-fiksi!¡¨, sebuah kesimpulan yang salah.


Melakukan Percobaan


Katakanlah jika sebuah ide disampaikan ke otak, dan orang yang menerima ide tersebut dialihkan perhatiannya. Dengan cara Kartesian, orang tersebut akan mengerti ide tersebut tanpa mempercayainya. Tetapi pada sistem Spinozan, orang tersebut akan mempercayai sebuah ide yang salah. Jadi, memberikan orang-orang sebuah ide dan mengalihkan perhatiannya akan memberikan kesimpulan apakah akal manusia bekerja dengan cara Kartesian atau Spinozan.


Eksperimen Bahasa Hopi


Pada percobaan ini, perserta percobaan diberikan sebuah pernyataan tentang arti sebuah kata dalam Bahasa Hopi (yang sebenarnya adalah kata-kata tak bermakna) pada satu saat, misalnya ¡§Monishna is a bat¡¨. Setelah itu instruktur akan memberi tahu apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Beberapa saat kemudian subjek diminta untuk mengemukakan pendapatnya apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Untuk mengalihkan perhatian pada beberapa subjek, sesaat setelah instruktur memberi tahu kebenaran pernyataan itu, akan dibunyikan sebuah nada, dan jika nada tersebut dibunyikan, subjek harus dengan cepat menekan sebuah tombol.


Hasilnya? Pengalihan perhatian menurunkan jumlah pernyataan salah yang dijawab salah oleh peserta. Dan sebaliknya, lebih banyak peserta yang menganggap pernyataan salah sebagai benar jika dialihkan perhatiannya.


Eksperimen Lama Hukuman


Pada percobaan lain, peserta membaca sepasang laporan kejahatan yang menandung pernyataan benar dan salah. Warna teks menunjukkan apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Laporan pertama mengandung pernyataan salah yang memberatkan terdakwa dan laporan lainnya mengandung pernyataan salah yang meringankan terdakwa. Sebagai pengalihan perhatian, sebagian peserta melakukan tugas pencarian digit selama mereka membaca pernyataan-pernyataan tersebut.


Pada akhir percobaan, peserta akan memberikan lama hukuman yang pantas untuk masing-masing terdakwa. Seperti percobaan sebelumnya, pengalihan perhatian menurunkan jumlah pernyataan salah yang dikenali sebagai pernyataan salah, dan meningkatkan jumlah pernyataan salah yang dikenali sebagai pernyataan benar.


Selain itu, jika pernyataan yang salah memberatkan terdakwa, maka pada kasus peserta yang dialihkan perhatiannya, rata-rata lama hukuman yang diberikan meningkat 60% dibandingkan pada kasus peserta yang tidak dialihkan perhatiannya.


Eksperimen Lainnya


Gilbert dan rekan-rekan melakukan lebih banyak eksperimen selain dua yang saya sebut di atas. Jika tertarik, silakan baca langsung hasil penelitian dari Gilbert.


Kesimpulan


Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, akal manusia bekerja secara Spinozan ketimbang Kartesian. Sistem Kartesian menjelaskan bagaimana manusia menginginkan akalnya bekerja, tetapi pada kenyataannya yang berlaku pada akal manusia adalah cara Spinozan.


Manusia akan mempercayai sebagian besar informasi yang diterimanya, dan baru setelahnya akan mengevaluasi apakah informasi tersebut benar atau salah. Pengalihan perhatian dapat membuat tahapan evaluasi ini tidak bekerja secara semestinya, menyebabkan manusia mempercayai begitu saja informasi yang salah.

Montier menyampaikan kesimpulan dari Petty: mengalihkan perhatian adalah cara yang berguna jika seseorang memiliki argumen yang lemah, karena walaupun orang-orang dapat menerima argumen yang disampaikan, mereka tidak sadar bahwa argumen-argumen tersebut sebenarnya tidak begitu meyakinkan.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengalihan perhatian dapat kita saksikan dan kita sadari: model-model cantik pada iklan televisi; paragraf-paragraf pada bacaan yang mengirim pikiran pembaca ke awang-awang ketika membaca paragraf-paragraf berikutnya; iming-iming kekayaan pada presentasi sebuah peluang bisnis; panggung hiburan pada kampanye partai politik; dan sebagainya.


Strategi Untuk Melawan Sistem Spinozan


Gilbert mengatakan bahwa cara Spinozan dalam akal manusia tidak membuat manusia memiliki sikap skeptis, tetapi tidak juga menjadikan manusia sebagai makhluk yang mudah tertipu. Manusia akan terprogram dalam seketika jika mendapatkan sebuah informasi, tetapi manusia juga dapat mengusahakan sesuatu untuk membalikkan keadaan. Ada tiga hal yang diperlukan oleh seseorang untuk mengusahakan hal tersebut:

- Kemampuan menganalisis logika dengan baik.
- Informasi yang berlawanan atau berseberangan untuk dibandingkan dengan informasi yang sudah ada.
- Motivasi dan kemampuan untuk menggunakan aturan-aturan analisis logika untuk membandingkan informasi lama dengan yang baru.

Montier memberi beberapa tips untuk melawan sistem Spinozan dalam diri kita:

- Secara berkala mempertanyakan informasi yang anda percayai anda dengan realita yang ada. Ini adalah cara-cara yang disebut Gilbert di atas. Walaupun demikian cara ini beresiko karena kemampuan kognitif kita dituntut untuk selalu waspada. Gilbert menunjukkan bahwa beban kognitif, tekanan dan kurangnya waktu akan mengurangi kemampuan kita untuk menolak informasi yang salah.
- Hindari sumber-sumber informasi yang menjerumuskan kita dengan informasi-informasi yang salah. Cara ini akan menghindari kita dari sebagian besar informasi yang salah, tetapi juga akan menghilangkan beberapa informasi yang benar. Walaupun demikian, strategi ini tidak menuntut ¡¥beban kognitif¡¦ seperti strategi pertama.
- Jika sedang berusaha untuk menilai kebenaran sebuah informasi, lakukan sebisanya untuk menghindari pengalihan perhatian. Matikan layar monitor, ponsel dan matikan seluruh sumber derau.

Walaupun kali ini teori Descartes salah, tetapi mungkin strategi yang terbaik berasal dari Descartes sendiri: ragukan kebenaran hal-hal yang bisa diragukan.


Referensi


Montier (2005). Why Skepticism Is Rare, Psychological Experiments Offer Insights Into Investor Foibles. Weeling@weeden.

http://www.trendfollowing.com/whitep...-Montier-1.pdf


Gilbert, D. T., Krull, D. S. & Malone, P. S. (1990). Unbelieving the unbelievable: Some problems in the rejection of false information. Journal of Personality and Social Psychology, 59, 601-613

http://www.wjh.harvard.edu/~dtg/Gilbert
et al (UNBELIEVING).pdf

Gilbert, D. T. (1991). How mental systems believe. American Psychologist, 46, 107-119

http://www.wjh.harvard.edu/~dtg/Gillbert
(How Mental Systems Believe).PDF

Gilbert, D. T. (1992). Assent of man: Mental representation and the control of belief. In D. M. Wegner & J. Pennebaker (Eds.), The handbook of mental control. New York: Prentice-Hall.

http://www.wjh.harvard.edu/~dtg/Gilbert
(Assent of Man).PDF

Gilbert, D. T., Tafarodi, R. W., & Malone, P. S. (1993). You can¡¦t believe everything you read. Journal of Personality and Social Psychology, 65, 221-233.

http://www.wjh.harvard.edu/~dtg/Gilbert
et al (EVERYTHING YOU READ).pdf