Saturday, September 18, 2010

Hih..masalah Orang Tua ...Menumbuhkan Minat Baca pada Anak

“Ma.. Pa.. Baca buku itu lagi ya..”
Tak terbayangkan betapa senangnya hati ketika mendengar permintaan buah hati kita.
Membangun kecintaan anak terhadap buku bukanlah hal yang mudah. Namun jelas akan memberikan banyak sekali manfaat dalam kelangsungan hidupnya dikemudian hari, terutama bagi kesuksesan pendidikannya. Sebab, kecintaan terhadap aktivitas membaca adalah modal utama dalam proses belajar dan mengajar yang dilaluinya. Selain itu, melalui membaca anak dapat mengembangkan imajinasinya, mengenali karakter-karakter kepribadian dan mengembangkan kemampuan serta minat anak.
Singkat kata, membaca bisa disebut  sebagai “salah satu sarana utama untuk mencapai kehidupan yang sejahtera”.
Bagaimana menumbuhkan kecintaan membaca pada anak?
Sebagai orangtua atau pendidik, kita sering kali bertanya adakah cara yang paling efektif untuk menumbuhkan kecintaan anak terhadap membaca?
Jawabnya adalah tidak ada.
Berdasarkan hasil penelitian tentang minat membaca anak diketahui bahwa ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kecintaan anak pada membaca dan seluruhnya adalah satu kesatuan yang utuh.
Berikut adalah cara-cara yang dapat kita contoh:
  • Memberikan contoh
Di setiap masa perkembanganya cara belajar anak yang paling utama adalah dengan cara mencontoh. Sehingga, bila kita hendak menumbuhkan kecintaan membaca pada anak kita, sebaiknya kita pun memiliki dan menampilkan kecintaan terhadap membaca. Hal yang paling sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan memilih membaca Koran di ruang keluarga setiap pagi dan bukan menonton berita di televisi. Anak-anak akan melihat dan walaupun mereka tidak tahu dengan pasti apa yang kita baca, tetapi mereka dapat dengan nyata melihat bahwa kita membaca.
  • Membangun kebiasaan membaca dalam diri kita
Kita tentu ingat pada pepatah seperti “kita bisa karena biasa” atau “practice makes perfect”, keduanya seakan memberitahukan bahwa proses pengulangan aktivitas akan menimbulkan jejak memori pada otak, termasuk untuk proses ingatan dan emosi. Semakin sering anak melihat kita membaca maka akan semakin tertarik dia untuk mengetahui apa yang sedang kita lakukan. Ketertarikan ini kemudian hendaknya kita tanggapi dengan melibatkan anak dalam kegiatan membaca kita, sehingga ia akan semakin tertarik dengan aktivitas membaca.
  • Menciptakan suasana kondusif saat membaca
Menciptakan suasana yang bahagia dan penuh kasih sayang saat membaca sangat diperlukan untuk membangun jejak memori terutama yang melibatkan emosi.
Mengapa?
Karena berdasarkan penelitian terdahulu, sekitar 60% dari proses pembelajaran melibatkan amigdala (merupakan pusat emosi yang dimiliki manusia) dalam otak. Contoh sederhana mengenai hal ini adalah jawaban anak ketika ditanya apa yang dilakukanya saat liburan. Anak kemungkinan akan menjawab dengan cerita kebahagiannya ketika diajak berwisata ke taman safari oleh kita.
Bagaimana caranya menciptakan suasana kondusif saat membaca?
Hmm.. sederhana sekali. Kita hanya perlu santai, menjadi diri kita sendiri, dan tersenyum. Sebagai contoh, saat sedang dalam perjalanan di mobil. Kita bisa memangkunya atau duduk disebelahnya kemudian mengeluarkan beberapa buku cerita, memintanya memilih mana yang disukai lalu perlahan bersama-sama membaca halaman demi halaman dari buku tersebut.
  • Penghargaan atas minat anak
Bila anak sudah mulai menunjukkan ketertarikkannya terhadap membaca, apa itu berarti tujuan kita sudah tercapai dan tugas kita selesai??
Upst! Ternyata tidak.
Ketika ia sudah mulai menujukkan ketertarikan terhadap membaca maka sebaiknya kita memberikan pengahargaan kepadanya supaya ketertarikan tersebut bertahan dan berubah menjadi kebiasaan positif, yaitu kebiasaan membaca.
Bagaimana cara? Bermacam cara dapat dilakukan. Dari yang paling sederhana dengan cara selalu menemaninya membaca atau menjadi teman diskusi bacaannya bila anak sudah dapat diajak berdiskusi. Hingga cara yang paling kompleks yaitu membantunya mengkordinir book club sederhana yang beranggotakan teman-teman anak kita yang juga punya hobi membaca.
Sejak kapan usaha kita sebaiknya dimulai?
Waw! Ternyata sederhana sekali cara untuk menumbuhkan kecintaan anak pada membaca. Hmmm, kira-kira kapan sebaiknya kita mulai ya?
Jawabnya adalah SEKARANG.
Ya, sekarang adalah saatnya.
Bahkan kita dapat menumbuhkan kecintaan anak pada membaca sejak bayi dalam kandungan. Kita perkenalkan suara dan perubahan intonasi kita saat membaca buku cerita. Ketika ia sudah mulai berusia 3 bulan, kita bisa mulai menunjukkan buku dan membaca di sebelahnya. Ketika ia berusia 6-9 bulan, kita bisa memangkunya atau duduk di sebelahnya dan nampilkan buku sederhana untuk “dibaca” bersama-sama. Ketika ia berusia 1-2 tahun, kita bisa membaca bersama dan memintanya untuk pura-pura memegang buku yang kita baca. Ketika berusia 2-5 tahun, kita bisa bersama-sama membaca bersama buah hati kita, kita bisa meminta bantuannya untuk membuka halaman per halaman dan kita bahkan sudah bisa mengajaknya memilih buku yang ia suka di toko buku.
Adakah referensi jenis buku?
Apakah ada referensi judul buku yang baik dibaca anak? Tidak ada. Semua buku dan bacaan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing untuk setiap anak. hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah menyesuaikan tahap perkembangan anak dengan jenis buku yang ada.
  • Catalogue book (0-6 bulan)
Catalogue book adalah buku tanpa cerita. Biasanya di tiap halaman berisi gambar benda dengan namanya dibawahnya atau gambar aktivitas dan nama aktivitas dibawahnya. Biasanya buku ini berbentuk board book.
  • Picture book (7 bulan-3 tahun)
Picture book adalah buku cerita yang teksnya masih sedikit. Tiap halaman biasanya berisikan 1-2 kalimat. Dalam buku ini biasanya ada hubungan langsung antara teks dengan gambar. Buku jenis ini dapat terus digunakan sampai anak bisa membaca sendiri.
  • Longer picture book (3 Tahun- 6 tahun)
Longer picture book adalah buku cerita yang teksnya sudah lebih banyak per halaman dan ceritanya lebih panjang, biasanya terdapat 2-5 kalimat.
  • Illustrated chapter book (6/7 tahun – 12 tahun)
Illustrated chapter book adalah buku cerita yang teksnya sudah banyak, ceritanya mulai panjang (sudah dibagi dalam bab) tetapi masih ada ilustrasinya. Buku jenis ini cocok untuk anak usia 6 tahun keatas, terutama saat ia sudah mulai belajar membaca namun masih mudah bosan untuk membaca dalam durasi yang panjang.
  • Short novel, novel dan story collection.
Ketiga jenis buku ini dapat diperuntukkan kepada anak diatas usia 12 tahun yang diasumsikan sudah mahir membaca. Ketiga jenis buku ini memiliki kesamaan, yaitu tidak lagi menggunakan ilustrasi gambar. Namun mereka memiliki perbedaan dalam panjang cerita dan jumlah cerita dalam satu buku. Short novel memiliki satu cerita pendek didalamnya, novel memiliki satu cerita dalam durasi yang panjang sedangkan story collection memiliki beberapa cerita yang masing-masingnya berbeda durasi dalam satu buku yang sama.
Nah, ternyata menumbuhkan kecintaan terhadap membaca adalah kegiatan yang sederhana kan?
Kalau begitu. Tunggu apa lagi? Ayo membaca..:)
Referensi:
Berk, Laura E. (2003). Child Development 6th ed. New York: Allyn and Bacon
Trelease, Jim. (2006). Read-Aloud Handbook. London: Peguin Books
*Evi Junita, S.Psi

Bayangan Akan Kematian Membuat Anda Makan Lebih Banyak

Kalau anda sedang berdiet, hindarilah makan sembari menonton tayangan kriminal di TV atau setelah melayat orang. Hasil ini terungkap dari eksperimen dua peneliti perilaku konsumen di Amerika dan Belanda.
Para partisipan dibagi dalam dua kelompok dan diminta menulis esai. Kelompok yang pertama disuruh membuat esai mengenai perasaan mereka mengenai kematian mereka sendiri, sementara kelompok lainnya menulis mengenai sebuah prosedur medis yang menyakitkan.
Ketika setelahnya kedua kelompok itu diberi makan dan daftar belanjaan, kelompok yang pertama ditemukan makan lebih banyak dan ingin membeli lebih banyak barang dibanding kelompok kedua. Efek ini terutama tampak pada mereka yang punya rasa rendah diri.
Menariknya pula, eksperimen ini juga menemukan bahwa menempatkan cermin di depan para partisipan mengurangi kecenderungan mereka untuk makan berlebihan.

Teknologi Koq Punya Efek c???

Efek teknologi pada kehidupan kita

http://gope500.files.wordpress.com/2009/05/technology2.jpg
Saat ini teknologi telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering menggunakan layanan yang disediakan penyedia internet atau seluler untuk berkomunikasi daripada bertemu langsung dengan kawan-kawan.
Buktinya? Tumpukan pesan pendek, status dan komentar di Facebook atau tweet yang kita buat setiap hari. Terlebih dengan adanya demam perangkat pintar Blackberry.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mengenai teknologi. Apakah ia menginterupsi atau bahkan menggantikan cara kita bersosialisasi secara fisik? Laman Kaboodle menulis beberapa pertanda yang menunjukkan Anda harus segera mengurangi pemakaian perangkat teknologi, berikut di antaranya:

- Hari-hari kerja berlalu begitu saja karena Anda sibuk mengelola lahan peternakan melalui aplikasi permainan Farmville. Permainan dalam jejaring sosial Facebook ini memang membuat kecanduan. Anda dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk menunggu panen cabai atau tomat dan akhirnya justru melupakan kewajiban.
- Anda menemukan bahwa pasangan Anda selingkuh setelah Anda memeriksa teleponnya. Anda juga merasa cemburu melihat perempuan atau lelaki lain tampak akrab dengan pasangan Anda di wall Facebook.
- Anda lebih suka menggoda melalui pesan singkat. Anda juga tidak merasa tidak sopan saat menjawab pesan di tengah makan malam romantis.
- Anda mengirim pesan instan (messenger) kepada teman serumah bahkan saat Anda sama-sama berada dalam rumah.
- Anda lebih suka berolahraga dengan memainkan konsol Nintendo Wii. Anda mengira bermain tenis, gitar, atau bersepeda melalui Wii setara dengan jika Anda ke luar rumah. Padahal tidak ada yang bisa menggantikan manfaat sinar matahari terhadap kulit atau bercanda dengan teman satu band.

Kepribadian Anda Bisa diketahui Menurut Golongan Darah

Menurut saya (juga konsensus umum para ilmuwan psikologi), kepribadian seseorang tidak dapat ditentukan oleh golongan darah (oh, dan teori itu pertama kali dipopulerkan oleh Nazi). Itu sama konyolnya seperti mengatakan bahwa perilaku mengemudi seseorang ditentukan oleh jenis oli yang ia gunakan dalam kendaraannya: sangat tidak berdasar dan menafikan banyak hal-hal lain yang jauh lebih menentukan, seperti genetik, pola asuh orangtua, lingkungan sosial dan pendidikan.
Tetap saja, saya tidak bisa menahan godaan untuk tidak meneruskan komik strip ini yang saya dapat dari sebuah e-mail berantai (dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh entah siapa). Sangat jenaka, dan entah kenapa gambaran komik ini mengenai golongan darah A sangat mirip dengan saya. Apakah teori kepribadian-menurut-golongan-darah ini mengandung setitik kebenaran, atau ia hanya memanfaatkan karakteristik-karakteristik samar seperti layaknya astrologi? Apakah golongan darah dan kepribadian anda digambarkan secara akurat oleh komik ini?


Ugh,.Wajahq Udah G Menarik Lagi!~!!Kenapa!??

“Adik gue pintar cari pasangan; dia cari yang bisa diajak ngobrol. Salahnya gue disitu; gue melihat istri gue dari fisiknya, dan setelah sekarang ketemu orang laen yang enak diajak ngomong, gue kepincut.”
Aku terkaget mendengar potongan kalimat itu. Pria paruh baya yang sedang duduk di depanku ini, tiba-tiba mencetuskan pernyataan itu. Memang, biasanya dia seringkali bercerita tentang ini dan itu, namun kali ini Aku tak menduga ia akan bercerita tentang hal personal itu. Selain kaget, Aku juga khawatir ketika temanku itu menceritakan permasalahannya. Aku Khawatir tak cukup berpengalaman dan bisa membantunya menyelesaikan permasalahannya.

Kata-kata pria itu, kemudian membuatku berpikir dan menyimpulkan sesuatu. Manusia itu berkembang. Yang tadinya cuma sebuah sel telur dan sperma yang menyatu, kemudian, menjadi janin, lahir, jadi bayi, lahir, bisa jalan, hingga kemudian makin tua dan mati.
Pada suatu titik dalam perkembangan manusia, yang terjadi adalah kemunduran fisik; kekuatan otot, kecepatan reaksi, dll. Yang tadinya istrinya cantik atau suaminya ganteng, lama-lama pasti akan keriput, tak montok lagi, perutnya tak six pack lagi atau rambutnya sudah tak tak bisa diberi gel (karena sudah tak memiliki satupun). Di saat inilah, sepertinya hal-hal berbau tampilan luar dan fisik akan mulai berkurang perannya dalam kehidupan berpasangan, dan kemampuan komunikasi akan mengambil alih. Temanku pun mengiyakan asumsi tersebut.
“Lo akan ngiri kalo liat mereka. Mereka bisa berjam-jam ngobrol. Kadang obrolannya pun ngalor ngidul; apa aja yang bisa mereka obrolin. Padahal, mereka udah sepuluh tahun menikah,” lanjutnya.
Wajahnya tampak lesu. Senyum yang biasanya lebar terlihat, kini seakan terpaksa diangkat. Suaranya pun tak terlalu keras; lirih, seperti mengandung penyesalan.
Aku terdiam. Tenggorokanku tercekat; makin bingung bagaimana harus menanggapinya. Kubayangkan, bagaimana rasanya jika komunikasi dengan pasangan, tak berjalan sebagaimana mestinya. Sepertinya hampa sekali hidup ini; karena setiap hari, jam, menit dan detik, kita akan bersamanya. Jika tanpa komunikasi, ibarat selalu mendengarkan tik tok tik tok; bunyi jam dinding berdetik di ruangan kosong.
Aku masih tak tahu bagaimana bantuan yang bisa kuberikan; mungkin hanya telinga dan hati untuk mendengarkannya saja. Namun, untuk masalah komunikasi? Hmmm, nanti dulu; Aku tak terlalu kompeten. Ujung-ujungnya paling hanya memberi penguatan, kalau komunikasi itu bisa dipelajari, jadi kawanku ini tak perlu putus asa.
Dari situ, Aku berkesimpulan bahwa kriteria “komunikasi baik dengan calon pasangan” sepertinya bisa menjadi salah satu syarat penting dalam penentuan pasangan. Apakah pasangan bisa saling mendengarkan dan saling berbagi perasaan dan pemikiran, bisa menjadi beberapa kriterianya. Sehingga, jika wajah pasangan tak lagi menarik; sudah tak ganteng/cantik dan peyot, masih ada yang bisa menjadi pupuk bagi kelangsungan hidup berpasangan. Yup! Dialah komunikasi!

Optimisme Orang-orang Kaya Asia

Diambil dari wpclipart.comApakah kekayaan bisa membeli kebahagiaan? Mungkin bisa, tapi sebuah survei regional di 8 negara Asia menunjukkan bahwa kekayaan tidak selalu membuahkan ketenangan. Survei semacam ini untuk pertama kalinya dilakukan perusahaan asuransi AXA terhadap 2400 orang berusia 25-50 tahun yang mewakili kaum ”mass affluent”, yaitu mereka yang termasuk dalam 25 sampai 30 persen strata teratas dalam populasi, dilihat dari penghasilan, pengeluaran rumah tangga, dan pendidikan. Salah satu hasilnya adalah skala optimisme di tiap negara dalam memandang hidup selama 5 tahun ke depan.

Meskipun secara umum orang-orang kaya di kedelapan negara itu cukup optimistis (dengan skor rata-rata 71,6), namun ada pula variasi-variasi yang muncul. Orang-orang kaya di India dan Filipina rupanya merupakan dua kelompok teratas yang paling optimis (skor 87,2 dan 85,0). Sementara itu, orang kaya Indonesia, lumayan, menempati peringkat ke-5 dengan skor 69,9. Menariknya, tiga negara yang tergolong paling maju dan stabil untuk ukuran Asia malah menduduki tiga peringkat terbawah: Hongkong, Malaysia, dan Singapura, dengan skor masing-masing 67,7, 66,2, dan 59,9.
Selain perbedaan tingkat optimisme itu, masing-masing orang kaya di tiap negara tampaknya juga memiliki prioritas masa depan yang berbeda-beda. Orang kaya di Cina, misalnya, menempatkan keluarga sebagai prioritas, baru disusul oleh pensiun, kesehatan, dan karir. Orang Hongkong agak berbeda; meski sama-sama memprioritaskan keluarga, mereka menempatkan karir dan kesehatan kemudian, baru pensiun di urutan terakhir. Bagaiman dengan orang Indonesia? Rupanya karir masih menjadi prioritas utama, kemudian menyusul keluarga, kesehatan, dan pensiun. Penulis belum memperoleh informasi mengenai prioritas masa depan di kelima negara lainnya.
Sumber:
Optimisme Orang Kaya – Kompas, 5 Oktober 2007

Asiknya Membaca Pikiran Orang Lain

Banyak anggapan bahwa membaca pikiran adalah pekerjaan seorang psikolog, paranormal atau bahkan dukun. Namun, percaya atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari, anda semua adalah seorang pembaca pikiran. Sebab, tanpa kemampuan untuk mengetahui pikiran serta perasaan orang lain, kita semua tak akan mampu menghadapi situasi sosial semudah apapun. Dengan membaca pikiran, kita dapat membuat perkiraan tentang tingkah laku seseorang lalu membuat kita dapat menentukan keputusan berikutnya.
Jika kita melakukan pembacaan ini dengan buruk, dampaknya bisa serius: konflik bisa saja terjadi akibat kesalahpahaman. Contoh yang nyata kesulitan mengenali pikiran dan perasaan orang lain—mindblindness, dapat dilihat pada penyandang autisme, dimana ketidakmampuan tersebut menjadi suatu kondisi yang mengganggu.
Kemampuan membaca pikiran ini, yang oleh William Ickes—profesor psikologi di University of Texas, disebut sebagai emphatic accuracy.
Darimana asalnya?
Kemampuan (terbatas) kita untuk membaca pikiran menurut Ross Buck–profesor Communication Sciences di University of Connecticut, memiliki sejarah yang amat panjang. Dikatakannya bahwa, melalui jutaan tahun evolusi, sistem komunikasi manusia berkembang menjadi lebih rumit saat kehidupan juga menjadi lebih kompleks. Membaca pikiran lantas menjadi alat untuk menciptakan dan menjaga keteraturan sosial; seperti membantu mengetahui kapan harus menyetujui sebuah komitmen dengan pasangan atau melerai perselisihan dengan tetangga.
Kemampuan ini sendiri muncul sejak manusia dilahirkan. Bayi yang baru lahir lebih menyukai wajah seseorang dibandingkan stimulus lainnya, dan bayi berusia beberapa minggu sudah mampu menirukan ekspresi wajah. Dalam 2 bulan, bayi sudah dapat memahami dan berespon terhadap keadaan emosional dari pengasuhnya. Nancy Eisenberg, profesor psikologi di Arizona State University dan ahli dalam perkembangan emosional, menuturkan bahwa bayi berusia 1 tahun mampu mengamati ekspresi orang dewasa dan menggunakannya untuk menentukan tingkah laku berikutnya. Lanjutnya, bayi usia 2 tahun mampu menyimpulkan keinginan orang lain dari tatapan matanya, dan di usia 3 tahun, bayi dapat mengenali ekspresi wajah gembira, sedih atau marah. Saat menginjak usia 5 tahun, bayi sudah memiliki kemampuan dasar untuk membaca pikiran orang lain; mereka telah memiliki “teori pikiran.” Bayi tersebut mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran, perasaan dan kepercayaan yang berbeda dengan yang mereka miliki.
Anak-anak tadi mengembangkan kemampuan membaca pikiran dengan mengamati pembicaraan orang dewasa, dimana mereka membedakan kompleksitas aturan dan interaksi sosial. Selain itu, kegiatan bermain dengan teman sebaya juga dapat melatih anak untuk membaca pikiran anak lainnya. Namun, tak semua anak bisa mengembangkan kemampuan ini. Anak-anak yang mengalami penelantaran dan kekerasan cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan kemampuan membaca pikiran ini. Sebagai contoh, anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan kekerasan, mungkin akan jauh lebih peka terhadap ekspresi marah, walaupun sesungguhnya emosi marah tidak muncul.
Lanjut lagi, kemampuan membaca pikiran yang lebih maju biasa muncul pada masa remaja akhir. Hal ini terjadi karena kemampuan untuk menyimpan perspektif dari beberapa orang di saat yang sama—dan lalu mengintegrasikannya dengan pengetahuan kita dan orang yang bersangkutan itu—seringkali membutuhkan kemampuan otak yang sudah jauh berkembang.
Bagaimana Membaca Pikiran?
Membaca bahasa tubuh adalah komponen inti dari membaca pikiran. Lewat bahasa tubuh, kita bisa mengetahui emosi dasar seseorang. Peneliti menemukan bahwa ketika seseorang mengamati gerak tubuh orang lain, mereka dapat mengenali emosi sedih, marah, gembira, takut dll, bahkan ketika pengamatan hanya dilakukan dengan pencahayaan yang minim.
Ekspresi wajah juga merupakan penanda bagi kita untuk dapat mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Namun sayangnya, banyak dari kita yang tidak mampu untuk mendeteksi ekpresi ini. Salah satu sumber yang kaya akan penanda ini adalah mata seseorang; otot-otot di sekitar mata. Mata seseorang adalah sumber penanda yang paling kaya jika dibandingkan bagian lain yang ada di wajah. Contohnya: mata yang turun ketika sedih, terbuka lebar ketika takut, terlihat tidak fokus kala sedang berkhayal, menatap tajam penuh kecemburuan, atau menatap sekitarnya ketika tidak sabar.
Kita dapat semakin tahu pikiran orang lain dari komponen-komponen dalam percakapan—kata-kata, gerak tubuh, dan nada suara. Namun diantara ketiganya, Ickes menemukan bahwa isi pembicaraan menjadi komponen terpenting dalam membaca pikiran dengan baik.
Menjadi Pembaca Pikiran Ulung
Lalu, bagaimana kita bisa menjadi seorang pembaca pikiran yang lebih baik? Tim dari Psychology Today telah merumuskan beberapa hal yang bisa membantu kita membaca pikiran.
Kenalilah orang lain. “Kemampuan membaca pikiran akan meningkat, semakin kita mengenal lawan bicara kita,” kata William Ickes. Jika kita berinteraksi dengan seseorang selama kurang lebih sebulan, kita akan lebih mudah untuk mengenali apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hal tersebut dapat terjadi karena: kita mampu mengartikan kata-kata dan tidakan orang lain dengan lebih tepat, setelah mengamatinya dalam berbagai situasi; kedua, kita mengetahui apa yang terjadi dalam hidup mereka, dan mampu menggunakan pengetahuan itu untuk memahami mereka dalam konteks yang lebih luas.
Minta umpan balik. Penelitian menunjukkan bahwa kita dapat meningkatkan kemampuan membaca dengan cara menanyakan kebenaran dari tebakan kita. Misalnya, “Saya mendengar, sepertinya Engkau sedang marah. Benar tidak?”
Perhatikan bagian atas dari wajah. Emosi yang palsu, biasanya diungkapkan pada bagian bawah wajah seseorang. Sedangkan, menurut Calin Prodan—profesor neurologi di University of Oklahoma Health Sciences Center, emosi utama bisa dilihat dari sebagian ke atas wajah, biasanya di sekitar mata.
Lebih ekspresif. Ekspresivitas emosi cenderung timbal balik. Ross Buck, “semakin kita ekspresif, semakin banyak pula kita akan mendapat informasi mengenai kondisi emosional dari orang lain di sekitar kita.”

Santai. Menurut Lavinia Plonka, pengarang Walking Your Talk, seseorang cenderung “menyamakan diri” dengan lawan bicaranya melalui postur tubuh dan pola napas. Jika anda merasa tegang, teman bicara anda bisa saja, secara tak sadar, menjadi tegang pula lalu terhambat, dan akhirnya menjadi sulit untuk dibaca. Ambillah napas panjang, senyumlah, dan coba untuk menampilkan keterbukaan dan penerimaan kepada siapapun yang bersama anda.
Tinjauan Kritis
Perlu kita ingat, bahwa ekspresi emosi bisa berbeda di berbagai budaya. Ekspresi sedih di satu budaya, bisa jadi diinterpretasikan sebagai emosi lain di budaya lain. Jadi jika ingin membaca seseorang, kita perlu memperhatikan pula unsur budaya yang berlaku di tempat tinggal orang itu, jangan sampai salah menebak, atau bahkan memicu terjadinya kesalahpahaman.
Kita juga tak bisa mengesampingkan fenomena membaca pikiran ini sebagai sebuah fenomena yang biasa diasosisasikan dengan kemampuan supranatural, sebab percaya tidak percaya, memang ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membaca pikiran yang sulit dijelaskan ilmu pengetahuan. Setidaknya penulis telah menemukan beberapa orang dengan kemampuan membaca pikiran, yang bahkan mampu melihat masa depan dan berbagai macam hal yang sulit diterima nalar.

Salah Satu Pepatah Jawa yang Sangat Mengesankan

pepatah jawa adigang adigung adiguna adiwicara




Pepatah Jawa ini dapat diterjemahkan sebagai menyombongkan kecantikan wajah ataupun keelokan tubuh, menyombongkan besarnya dan kuatnya tubuh ataupun garis keturunan, menyombongkan ilmu ataupun pengetahuan, dan menyombongkan kemahirannya ber bicara ataupun kemerduan suaranya.
Pepatah ini digunakan untuk menasihati orang agar hendaknya jangan menyombongkan apa pun yang dimilikinya. Orang yang merasa diri mempunyai suatu kelebihan, kadang memang menjadi lupa bahwa semua itu hanyalah titipan Tuhan.
Orang yang merasa diri rupawan, cenderung menganggap orang lain tidak seelok dirinya.
Orang yang merasa dirinya besar dan kuat cenderung menganggap orang lain lemah.
Orang yang merasa dirinya keturunan orang hebat atau ningrat cenderung menganggap orang lain adalah keturunan orang rendahan alias tidak punya kelas sosial.Orang yang menganggap dirinya pintar cenderung menganggap orang lain tidak tahu apa-apa.Orang yang merasa dirinya pandai bicara cenderung mempengaruhi orang lain dengan omongannya.
Perilaku adigang, dalam masyarakat Jawa dicontohkan oleh perilaku kijang atau menjangan.Kijang menganggap bahwa tanduknya adalah benda yang paling keren sedunia. Namun ia mati justru karena tanduk itu, entah karena diburu atau lantaran tanduk itu menyangkut di semak..
Perilaku adigung dicontohkan oleh gajah yang tubuhnya demikian besar dan kuat. Ia merasa bahwa segalanya bisa diatasi dengan kekuatannya. Namun ia mati justru karena tubuhnya, karena ketika terperosok ke dalam lubang ia tidak bisa mengangkat tubuhnya keluar, saking beratnya.
Perilaku adiguna dicontohkan oleh perilaku ular berbisa. Ia menyombongkan bisanya yang hebat, namun ia mati juga di tangan anak gembala hanya dengan satu sabetan ranting kecil.
Perilaku adiwicara dicontohkan oleh perilaku burung yang merdu dan pandai berkicau. Ia merasa bahwa kicauannya tidak ada tandingannya di seluruh hutan, namun ia mati justru oleh karena melalui kicauannya itu pemburu jadi tahu tempat bertenggernya.
Adigang, adigung, adiguna, adiwicara… , mengajak kita agar supaya tidak sombong dan baik budi.

Para Perempuan Penakluk Hati sang Panglima

Oleh Vina Anom pada 7 September 2010
 
Sebuah Trilogi
Penerbit            : PT. Gramedia
Penulis              : Y.B. Manunwijaya
Tebal                : 799 hal
Ini kisah tentang tiga perempuan yang hidup di balik dinding-dinding istana yang menyimpan ribuan rahasia dan intrik-intrik jahat. Kisah rakyat yang dikembangkan dari Babad tanah Jawi dan berbagai sumber oleh Y.B. Mangunwijaya dicipta dan dibumbui dengan humor-humor khas Rama Mangun. Sehingga tetap relevan untuk generasi masa kini. Sebagai sumber bacaan untuk mengetahui fakta sejarah yang dipaparkan dengan gaya novel.
Kisah perempuan pertama adalah tentang Rara Mendut atau juga dijuluki Rara Ireng. Sebagai gadis pantai utara, Mendut memang berkulit hitam. Namun warna kulit tersebut tak mengurangi pancaran kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Tidak seperti perempuan lainnya, Mendut tidaklah anggun nan lemah gemulai. Dia adalah gadis trengginas dan tak pernah ragu menyuarakan isi pikirannya. Sosoknya dianggap menyebalkan oleh tatanan lingkungan istana di mana perempuan diharuskan bersikap serba halus dan serba patuh. Tetapi ia tak gentar. Baginya, lebih baik menyambut ajal di ujung keris sang Tumenggung daripada dipaksa melayani nafsu sang panglima tua.
Demi menolak dirinya dipersunting oleh Tumenggung Wiraguna, Mendut harus membayar pajak sebesar tiga real. Mendut hanyalah budak rampasan dari desa Telukcikal, Pati. Dia hanya putri boyongan yang dipersembahkan kepada sang Tumenggung karena jasanya menundukkan pemberontakan Adipati Pragola yang memerintah Pati. Sudah menjadi tradisi bila satu daerah yang memberontak pemerintahan Mataram berhasil ditundukkan, maka harta disita dan diserahkan pada Istana Mataram. Tak terkeculai, para gadis yang tinggal di daerah pemberontakan. Gadis yang cantik akan dijadikan selir sang Tumenggung, sedangkan yang lain boleh dimiliki para prajurit. Untuk membayar pajak kepada Tumenggung Wiraguna, Mendut tak gentar untuk menggunakan segala cara mendapatkan uang.
Maka jadilah, di warung pasar, dekat persabungan ayam, Rara Mendut dan dayang-dayangnya memperoleh tempat bagus untuk berjualan rokok. Sesuai dengan kehendak Tumenggung Wiraguna, mereka berjualan di belakang tirai yang oleh Mendut dipilih berwarna merah jambu elok. Tirai dipasang tegap mirip kelir wayang kulit, dan keseluruhannya terhias serba seni. Peristiwa penjualan rokok oleh seorang putri boyongan dari Pati yang cantik molek merupakan lakon yang sangat menarik. Mendut menjual rokok bekas hisapannya. Diterangi sebuah lampu blencong di belakang kelir, muncullah pada layar siluet Rara Mendut yang genit memukau.
Bayangan Mendut melenggok-lenggok mengambil sebatang rokok, lalu bergaya dimasukkan ke mulut. Dan itulah yang membuat penjualan rokok berhasil luar biasa. Adegan si molek di balik tirai yang membuat para lelaki rela mengantre dan memburu puntung rokok yang paling pendek. Sesudah beberapa hari usaha puntung rokok itu berhasil, Mendut bisa membayar pajak kepada Panglima. Seorang Panglima yang jatuh hati pada kecantikan dan kegarangan Mendut harus rela persuntingannya tertunda, bahkan terancam gagal.
Dan di balik keberanian Mendut itu ada cinta yang diperjuangkan agar diri tak terjamah orang lain. Ialah Pranacitra, pemuda mualim dan nakhoda dari Pekalongan. Anak dari Nyai Singabarong, saudagar kaya yang telah berlayar ke berbagai negara untuk berdagang. Terakhir kali Mendut dan kekasihnya itu bertemu saat pranacitra pergi meninggalkan Pekalongan menuju Mataram. Kepergian untuk menemukan jati diri melepaskan diri dari kebesaran sang Ibunda. Bersama Nyai Singabarong, Pranacitra laksana bayangan kecil di bawah layar besar kepunyaan sang Ibu. Karena kepergiannya itulah dia tak tahu peristiwa penyerbuan tentara Mataram dan penculikan gadis Telukcikal si Mendut.
Mengetahui Mendut diculik oleh Wiraguna, Paracitra berkeras menyelinap ke istana dan mengajak Mendut melarikan diri. Perang tunggal antara Wiraguna dan Pranacitra tak dapat dihindarkan. Tentu saja, seorang panglima yang terbiasa menaklukkan perang besar sangat mudah menjatuhkan seorang nakhoda. Pranacitra jatuh di hadapan Mendut. Dan saat terakhir Wiraguna hendak menghunjamkan kerisnya pada Pranacitra, Mendut spontan berdiri dan berlari melindungi Pranacitra. Tak pelak keris Wiraguna menghujam jantung Mendut yang kemudian rebah di atas kekasihnya.
Kisah perempuan yang kedua adalah Genduk Duku, sahabat Rara Mendut yang membantunya menerobos benteng Istana dan melarikan diri dari kejaran Wiraguna. Semua wanita di seluruh Kerajaan Mataram adalah milik Susuhunan Ing-Ngalaga Sayidin Panatagama, apalagi perempuan-perempuan rampasan dari negeri yang pernah memberontak. Rara Mendut sudah dianugerahkan Sri Baginda kepada Panglima besarnya. Maka letak masalahnya sungguh tidak pada soal asmara, tetapi pada kenekatan melawan wewenang keramat dan hak kenegaraan mengenai setiap wanita dalam kerajaan.
Belajar dari sikap dan kepribadian Rara Mendut, Genduk Duku sadar betapa mulia sebenarnya derajat dan martabat rakyat kecil. Betapa merdeka dan segar udara yang dihirup rakyat di ladang, di lereng, di sawah, dan di pantai. Lain sama seklai dari nasib di sangkar dalam kisi-kisi kayu jati berperada palsu di Puri. Dan berkat pertolongan Bedara Pahitmadu, kakak Tumenggung Wiraguna yang menaruh belas kasih pada Rara Mendut, Genduk Duku bersama pengawal almarhum Pranacitra berhasil sampai di Pekalongan. Kepergiannya ke daerah pantai utara itu untuk menyampaikan berita duka kepada Ibunda Pranacrita. Dilanjutkan ke Telukcikal bukan hanya untuk menyampaikan berita duka kepada sanak saudara Mendut, tetapi juga untuk tinggal bersama keluarga Mendut.
Di Telukcikal itulah Duku bertemu dengan Slamet yang kemudian menjadi suaminya. Keduanya membina keluarga dan setelah menunggu sewindu lamanya baru dikaruniai seorang anak perempuan, Lusi namanya. Keluarga itu hidup di tengah suasana perseteruan antara Wiraguna dan Pangeran Aria Mataram, putra mahkota yang kelak bergelar Sunan Amangkurat I.
Dan perempuan yang ketiga adalah Lusi Lindri. Dia adalah anak Genduk Duku yang dipilih menjadi anggota pasukan pengawal Sunana Mangkurat I oleh Ibu Suri. Lusi Lindri sudah belajar untuk tidak lagi sangat peduli tentang di mana ia diletakkan. Sebab Lusi berasal dari Pati dan terbiasa mengurus kuda, dirinya tak peduli dicap binal, tak tahu adat, dan tak tahu malu. Bila melihat kuda-kuda jantan meloncati punggung kuda betina mereka, Lusi semakin keras dalam tekad.
Dunia Lusi bukan dunia ibunya yang kini mengungsi di wilayah Kedu yang aman dan damai. Di tengah ketenangan lembah Sungai Praha dan Sungai Elo. Dunia Lusi adalah dunia benteng dinding bata keras, dunia meriam-meriam sapujagad. Sekian kyai dan nyai moncong mesiu, senapan-senapan berlaras panjang dari Inggris, pistol seberat kelapa dari Portugal, dan keris empu-empu yang masih mahir tentang daya serang pola pamor serta racun warangan.
Tiga perempuan yang memperkaya khazanah legenda perempuan tangguh di Indonesia. Ketiganya digambarkan sebagai perempuan desa yang hidup di tengah perseteruan Kerajaan. Pemaparan Rama Mangun yang mengisahkan kekuatan perempuan penakluk hati panglima dan peneguh kepribadian diri. Lingkungan desa yang merdeka membesarkan ketiganya menjadi perempuan dengan kepercayaan diri dan kekuatan yang anggun memancar. Buku ini sangat layak dijadikan bahan rujukan pustaka untuk melihat lebih jauh kepribadian asli perempuan Jawa. Penceritaan yang menampilkan perbandingan antara perempuan desa dan perempuan yang dibesarkan di lingkungan istana.

Hubungan dengan Tuhan Itu Bisa Langsung Secara Pribadi

 
Dalam khazanah peradaban Islam, praktik penyesatan memiliki telah memiliki sejarah panjang. Konteks yang melingkupinya pun tak jarang melibatkan nuansa politik dan menghadirkan campur tangan penguasa. Dalam mengkaji beberapa aspek yang mengiringi tindakan penyesatan itu, menarik untuk menyimak petikan wawancara dengan Agus Sunyoto, penulis buku Suluk Abdul Jalil yang cukup populer. Selain sebagai penulis, Agus Suyoto juga tengah merintis Pesantren Global, sebuah pesantrenyang dia bersama sahabat-sahabatnya untuk menghadapi  ‘perang’ globalisasi’ tahun 2015.
Akhir-akhir ini banyak kasus penyesatan, pendapat Anda bagaimana?
Sebelumnya begini, kasus-kasus penyesatan yang akhir-akhir ini muncul harus dilihat, apakah muncul dengan sendirinya atau setting. Kalau setting,  jelas ini dimunculkan oleh teori Samuel Hungtington, perang peradaban itu. Pasca runtuhnya komunis, Islam diposisikan sebagai pengganti  komunis (sebagai lawan kapitalisme). Islam dianggap sebagai kekuatan ekstrim, teroris, sehingga muncul clash of civilization itu. Kemudian ini (konflik bernuansa agama) dimunculkan dan disorot dunia. (Orang akan mengatakan) Inilah Islam, anarkhis, suka ngamuk, dan melakukan aksi sepihak seperti komunisme. Ini nanti yang ancur adalah Islam, jelas koq. Islam dicurigai di mana-mana. Makanya kasus seperti ini harus disikapi dan dikaji secara mendalam.
Kemudian, apa sih kewenangan MUI menyatakan ini sesat, ini tidak. Kalau dia mempunyai kewenangan seperti itu saya ingin MUI itu diubah namanya menjadi Majlis Ahli Surga. Tentu sorganya mereka mereka sendiri. Selama tidak jelas mereka ahli sorga, jangan menilai yang lain ahli neraka, sesat. MUI itu khan bikinan orde baru untuk mendukung pemerintah, makanya dilembagakan. Mana ada dahulu ulama dilembagakan. Tidak ada. Zamannya Mbah Hasyim (KH Hasyim As Asy’ari) dan Kiai Mas Mansyur ulama itu tidak dilembagakan.
Dalam sejarah sufisme, kasus penyesatan khan bukan hal baru?
Tinggal kita melihat perkembangan itu begini. Sistem pengetahuan yang ada di Jawa itu ada dua. Yang pertama pengetahuan yang dinamakan ngelmu, berupa analisis dan penalaran dari pemikiran. Istilah ngelmu ini berasal dari bahasa Arab, Al ‘Ilmu, yang digunakan untuk mengenal alam materi, alam ciptaan yang kasat mata, pengembangannya pada paradigma, dogma, pemikiran dan ilmu pengetahunan. Yang kedua, pengetahuan yang berupa kaweruh, dari kata weruh. Itu pengetahuan intuitif yang berangkatnya dari hati manusia untuk mengenal sesuatu yang bukan benda. Begitu Hindu, Budha, Islam masuk di Indonesia kedua pengetahuan ini dikembangkan secara seimbang. Kaweruh ini yang dalam bahasa Arab disebut ma’rifat. Dalam pengetahuan Islam atau fiqh yang lebih mengedepankan ilmu, pengetahuan nalar, ‘aqli, meskipun juga didukung dengan naqli yang lebih bersifat keyakinan. Tasawuf itu beda, dia lebih mengedepankan makrifah, zauq (perasan), karena itu lebih mengkedepankan hati. Karena itu paradigmanya juga lain.
Penyesatan Al Hallaj misalnya lebih karena aspek politis. Pemahaman tentang wahdatul wujud, al ittihad, dan hulul kemudian dianggap sesat. Padahal ketika mau dijatuhi hukuman mati, dia (Al Hallaj) ditanya, “Apa permintaanmu terakhir?”. Dia jawab, “Ijinkan saya sholat dua roakaat”. Al Hallaj juga sholat. Jadi dia dianggap sesat, murtad, itu di mana? Dia juga dituduh syi’ah yang ekstrim. Lha wong amaliyah tarekat-nya, silsilah sampai ke Abu Bakar Ash Shiddiq koq dianggap sesat. Khan konyol pandangan ulama’ dahulu itu. Ini pertimbangan politik. Kasus di Indonesia juga sama, Syeikh Siti Jenar juga begitu.
Dalam penyesatan Syeikh Siti Jenar secara politis bagaimana?
Kesalahan Syeih Siti Jenar itu dia memotong silsilah tarekat. Karena dahulu itu ada kecenderungan semua guru, silsilah tarekat harus dari Arab, mursyid juga begitu. Itu yang oleh Syeikh Siti Jenar ditentang. Kemudian apa, orang jawa tidak bisa menjadi mursyid (guru) thariqah. Dari Abu Bakar As Shiodiq langsung ke Syekh Siti Jenar, kamu boleh jadi mursyid dan ajarkan sebagai orang Jawa. Kenapa, Gusti Allah itu bukan hanya milik orang Arab dan Islam tidak mengenal pewarisan yang turun temurun seperti itu. Itulah kesalahan Syekh Siti Jenar, mengangkat derajatnya orang Jawa, orang Sunda, pribumi. Orang pribumi boleh berhubungan dengan Tuhan. Tuhan tidak membatasi kebangsaan seseorang. Apalagi dia mengajarkan hubungan dengan Tuhan itu bisa langsung secara pribadi, langsung saja tidak perlu pakai perantara. Akhirnya orang-orang banyak yang sembahyang sendiri-sendiri tidak setor kepada ulama.
Istilah rakyat, atau roqyah atau masyarakat, kalau tidak ada Syeikh Siti Jenar anda tidak akan mengenal istilah itu. Yang anda kenal kawula, kalau orang sunda menggunakan istilah abdi, kalau di tanah Melayu disebut sahaya, artinya juga budak. Syeikh Siti Jenar tidak, insun (aku). Sultan dahulu itukan disembah-sembah. Ini yang ditentang Siti Jenar, pengikutnya banyak yang tidak patuh, melawan. Karena kalangan Keraton jumlahnya banyak, Siti Jenar sedikit, dihabisi. Jadi gerakan revolusi sebenarnya Syekh Siti Jenar itu, baginya masyarakat itu bukan kawula. Dia yang menyadarkan orang kepada hak dasar manusia bahwa rakyat bukan budak.
Ada anggapan bahwa sufisme meremehkan masalah syari’at sehingga muncul penyesatan?
Dalam tasawuf, sesuatu yang sifatnya syar’i, ini sering kali itu malah berlebihan (kuantitas dan kualitasnya). Sembahyang itu sampai 70 rokaat. Kayak itu tadi (Ali Thoha), puasa seumur hidup. Malah berlebihan. Karena, dia menganggap dunia itu tidak ada apa-apanya (dibanding beribadah). Gak ada ceritanya meremehkan syariat itu. Malah yang sering muncul anggapan bid’ah karena ditambahi. Lha wong mengingat Allah itu tidak dibatasi koq. Lebih konyol lagi tasawuf itu tidak membahas sorga dan neraka. Sekalipun mereka yakin. Itu (sorga-neraka) haq ada. Itu semua makhluk ciptaan. Dia hanya menuju satu titik, Tuhan.
Dalam tasawuf yang penting tauhid. Makanya dalan ajaran Siti Jenar yang paling tinggi itu ingat kepada Allah, dzikrullah. Dalam kelompok kejawen ada ungkapan eling kang utomo. Eling artinya dzikir. Sembahyangpun tidak ada artinya kalau tidak ingat kepada Allah. Banyak orang yang sholat tahajjud di masjid, tetapi pikirannya tidak eling kepada Allah, yang diingat urusan dunia dan jabatan. Makanya dalam Serat Syeikh Siti Jenar itu ada kritik (terhadap itu). “Badannya sholat tetapi pikirannya mencuri”. Jadi sebetulnya itu, anggapan sesat atau tidak itu tergantung orang yang memandang. Tetapi bagi sesama orang tasawuf ya nggak akan menyalahkan. Kenapa, karena tasawuf itu masalah qolb (hati). Jadi tidak pernah ada dalam tasawuf itu (menghakimi) ini sesat. Karena kesesatan itu definisi akal, kalau sudah akal itu, kesombongan, pamrih muncul di situ. Karena yang dikenal akal hanya yang nampak. Kenapa tasawuf itu bisa berkumpul, berdiskusi dengan pendeta Hindu, Bhuda, memperbincangkna tentang Illahi meskipun namanya beda. Itu bisa (dilakukan) karena ya hatinya bertemu.

Ada Apa dengan Cina (Kenapa Nma Negara ini Sering disebut)



Shenzhen, wilayah yang ada di provinsi Guangdong, China mencetak biru catatan keberhasilan reformasi ekonomi di negeri tirai bambu (sebutan lain China). Wilayah ini awalnya hanya desa nelayan. Namun sekarang tempat lahirnya reformasi ekonomi di China dan menjadi “raja teknologi’ di dunia. Kota yang berbatasan dengan Hongkong ini sekarang membuat investor luar negeri tertarik. Tidak main-main perusahaan teknologi dan informasi Taiwan Foxconn yang memproduksi komponen apple, Panasonic investasi di sini. Gaji buruh di Shenzhen termasuk yang tertinggi 1.100 Yuan jika dibandingkan dengan kawasan pedalaman yang miskin seperti di Henan 600 yuan (1yuan = 1.350) (kompas,7/9).
Proses tersebut tidak sebentar 30 tahun tepatnya pada 1980, De Xiaoping mengambil langkah tepat menjadikan kawasan ini sebagai kawasan ekonomi khusus. Di mana kawasan ini bisa menerima investor dari luar China. Sebagai kawasan ekonomi khusus De Xiaoping ingin menjadi pelaku ekonomi dunia internasional. Ungkapan De Xiaoping : Tidak penting apakah kucingnya putih atau hitam, asalkan pandai menangkap tikus. Ungkapan ini menunjukkan China tetap berideologi komunisme, namun sistem perekonomian kapitalisme tidak masalah yang penting masyarakat China makmur. Kota ini telah menjadikan China sebagai kota investor terbesar kelima di dunia.
Keberhasilan China tidak lepas dari kemauan politik pemerintah pusat, dalam arti sebenar-benarnya. Bukan hanya janji-janji yang membodohi dan mengadu domba rakyatnya sendiri. Kesabaran dan ketelitian, bayangkan masyarakat dan pemerintahan China melewati proses 30 tahun, bukan waktu yang sebentar sedangkan kita, Sudah sabar dan telitikah kita dalam membangun bangsa? Kita harus memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk mencapai mimpi bangsa yang jaya dan menjadi pelaku aktif dunia internasional.

***
Dalam sebuah hadist “uthlubul ilma walau bi al shin”artinya carilah ilmu sekalipun ke negeri China. Rosul Muhammad 14 abad yang lalu, Panutan umat Islam memberi nasihat kepada kita untuk mencari ilmu sampai ke negeri China. Terlepas beberapa ulama hadist memberikan status hadist ini Dhoif (lemah). Imam al-Qurthubi dalam kitabnya Jami’ Bayan al-Ilmi wa Fadhlih maksud dari hadist tersebut adalah dilihat dari sisi jauhnya. Artinya, sekalipun tempatnya sangat jauh, untuk masalah ilmu tetap perlu dikunjungi dan didatangi. Namun melihat perkembangan China sekarang tidak sekadar dari sisi jauhnya. Perkembangannya seakan menjawab hadist itu benar adanya. Dan menjawab mengapa kita harus belajar ke negeri China.

Surga Dunia di Indonesia: Pantai Srau Pacitan

Jika pergi ke Kabupaten Pacitan Jawa Timur, sempatkan untuk mampir ke Pantai Srau. Pantai Srau adalah salah satu dari banyak pantai yang ada di Pacitan yang memiliki keindahan paronama yang luar biasa. Pantai Srau terletak di Dusun Srau, Desa Candi, Kecamatan Pringkuku  Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Tepatnya 25 KM di sebelah barat dari Kota Pacitan. Perjalanan ditempuh setengah jam dari pusat kota Pacitan.
Jalan menuju pantai Srau cukup berkelok-kelok dan hanya melewati ruas jalan yang kecil dan desa desa yang kebanyak masih berumah gebyok (dari kayu) meskipun sudah ada beberapa rumah yang terbuat dari tembok. Desa-desa menuju pantai ini masih tergolong desa yang kurang pembangunannnya, khususnya pembangunan dalam berkesadaran sanitasi. Terbukti di kanan kiri jalan desa masih terdapat himbauan berupa papan yang isinya seruan bagi warga untuk buang air besar di jamban. Selain itu masih banyak sisi jalan desa yang masih berlobang.  Bagi orang yang tidak kuat untuk menempuh jalan berkelok siapkan kertas kresek untuk menampung makanan dari perut yang dimungkinkan untuk dimuntahkan.  Namun apa yang ditempuh selama diperjalanan sebanding dengan keelokan panorama  Pantai Srau yang menawan.
Sesudahnya kita akan menemukan pos tiket masuk kepantai, harga tiket masuk RP. 5000 per orang. Pertama kali masuk kita disambut oleh deburan ombak yang besar disertai dengan bukit karang yang mencuat di tengah pantai yang sangat alami. Itu adalah pantai bagian pertama. Pantai Srau sendiri terbagi menjadi 3 bagian pantai yang dikeliling bukit karang.
Bagian pertama, adalah pantai yang letaknya tidak jauh dari pos tiket. Ombaknya besar dan warna laut masih biru laut serta pasir putih yang bersih. Di tengah laut menonjol beberapa bukit karang yang terlihat hidup ketika diterpa ombak yang besar.
Bagian kedua, terletak kurang lebih 100 meter dari pantai pertama. Pemisahnya adalah bukit karang yang ditumbuhi ilalang.
Panorama pantai kedua hampir sama dengan pantai pertama. Bagian ketiga,  yang paling bagus dan paling favorit. Pantai sangat bersih, biru dengan ombak yang besar, di bibir pantai dihiasi beberapa pohon kelapa yang tumbuh liar. Ditambah lagi terdapat semacam anjungan dari bukit yang membuat kita leluasa melihat laut dari atas sehingga laut tampak seperti telaga.  Untuk menikmati pemandangan tersebut, kita harus naik ke bukit dahulu. Setelah sampai di atas bukit barulah kita bisa melihat air laut yang begitu biru disertai dengan deburan kecil yang airnya mengumpul menyerupai telaga.  Kita bisa berlarian di bukit tersebut yang juga dihiasasi karang hitam. Angin sepoi ditambah pula kebiruan laut membuat suasana pantai semakin manakjubkan.
Ternyata di bukit itu juga ada beberapa nelayan yang tengah duduk manis sedang menangkap ikan, caranya dengan memancing dengan penggunakan alat yang masih tradisional dan menggunakan ikan teri sebagai umpan. Memang membutuhkan waktu lama dalam proses penangkapan ikan namun tidak menyurutkan niat nelayan setempat untuk tetap disana sampai mendapatkan hasil. Nelayan di Dusun Srau memang terkenal ulet.
Secara keseluruhan pantai Srau sangat komplit menyajikan keindahan alam dan membuat kita berdecak kagum mulai dari ombak yang besar, laut yang sangat biru, angin sepoi, bukit yang menyerupai semenanjung, karang hitam yang eksotis, dan laut yang membentuk telaga. Pemandangan yang menakjubkan layaknya surga dunia yang bisa kita temui di Indonesia. Untuk melihat langsung silakan datang Pacitan dan selamat menikmati  ;D.

Patung Majapahit Mendunia

Komunitas pemahat patung batu di Trowulan telah lama merambah pasar dunia, namun keberadaannya kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Kreativitas yang dimiliki oleh pemahat patung merupakan bakat yang diturunkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia.
Bisa dipastikan bahwa karya pemahat patung Trowulan telah mendapat pengakuan dari pecinta seni Internasional, terbukti dengan luasnya wilayah penjualan patung yang meliputi Mancanegara. Hal ini berkaitan dengan keberadaan  pemahat patung di Trowulan tetap bisa bertahan dalam fluktuasi ekonomi global. Dalam krisis moneter tahun 1998, di saat banyak tempat usaha di Indonesia gulung tikar, pemahat patung Mojokerto justru ramai melayani pembelian patung baik lokal maupun internasional.
Salah seorang pemahat patung batu di Mojokerto adalah Ribut Sumiyono.  Bersama delapan anak buahnya pemahat patung batu dengan nama usaha “Selo Adji” di Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Aktivitas Ribut bersama delapan pekerjanya memahat bongkahan batu andesit di rumah yang sekaligus dijadikan sebagai tempat usaha, menunjukkan kreativitas individu yang mampu mencukupi kebutuhan ekonomi. Bakat seni memahat batu tidak juga diturunkan dari orang tuanya, dia berguru pada dua orang tetangga yang telah lama meninggal. Ribut kecil semasa SD setiap pulang sekolah sering mangunjungi Almarhum Pak Harun dan Almarhum Pak Wagiran. Demi mendapatkan banyak pengalaman dari dua orang itu, Ribut rela disuruh melakukan apapun untuk membantu proses pemahatan patung batu. Demikian dilakukan untuk menjadi murid yang baik dan kehadirannya tidak membuat Pak Harun maupun Pak Wagiran terganggu. Mulai membuka usaha sendiri dengan bendera “Selo Adji” tahun 1986, dan ramai mendapat pesanan tahun 1990-an. Ketika Indonesia sedang mengalami krisis moneter justru pesanan patung batu mencapai puncaknya.
Sosoknya rendah hati terlihat dari interaksinya terhadap pekerja yang kebanyakan anak muda yang tinggal di dekat rumahnya. Ribut lebih menempatkan dirinya sebagai guru kesenian yang mudah memberikan pengetahuan bentuk pahatan patung ketimbang sebagai juragan. Jika diperlukan, Ribut juga bisa bertindak tegas terhadap anak buahnya. Ribut sangat terbuka terhadap persaingan bisnis, karena dia meyakini setiap detil pahatan individu menghasilkan karya yang berbeda dengan corak tersendiri.
Kehidupan komunitas pemahat patung batu ini masih tetap tekun bertahan menatah setiap ukiran seni pada bongkahan batu andesit. Yang diandalkan hanya kejelian dan bakat seni yang mengalir dalam diri setiap individu. Kelompok masyarakat yang tidak menyerah pada keterpurukan kondisi ekonomi Negara, justru sebaliknya berusaha membantu menopang kekuatan ekonomi Negara. Dengan keberanian menawarkan produk kesenian lokal dalam persaingan pasar bebas. Meski berasal dari negara yang diidentifikasi oleh dunia sebagai negara berkembang, sama sekali tidak menciutkan tekad untuk terus bersaing.
Mereka hidup di kota yang berdiri di atas kota. Trowulan, merupakan bekas Ibukota Kerajaan Majapahit. Di tempat inilah orang-orang yang gigih menjaga keterampilan yang diwariskan nenek moyang bertahan hidup. Tidak di tempat manapun, kedekatan dengan tanah air Majapahit memberikan hawa berkesenian tersendiri bagi komunitas pemahat patung batu. Bahan baku tidak didatangkan dari wilayah Mojokerto sendiri, melainkan dari Gunung Kelud, Kediri. Meski begitu, tidak terbersit niat untuk memindahkan lokasi kerjanya mendekati lokasi sumber bahan baku. Karena kesenian ini adalah mutlak warisan nenek moyang Majapahit dengan Ibukota di tanah Trowulan, Mojokerto.
Keberadaan mereka memberikan penyadaran masyarakat Indonesia bahwa potensi lokal bisa diandalkan untuk menopang kebutuhan ekonomi. Untuk menjadi manusia yang survive di tengah arus globalisasi tidak harus menjadi pegawai sebuah perusahaan bergengsi maupun aparatur sebuah institusi. Dengan memiliki kreativitas individu justru merupakan bukti eksistensi diri. Mereka adalah orang-orang yang tidak sekedar bertahan di tengah tawaran bisnis menggiurkan pasar global, melainkan juga tetap eksis melestarikan kekayaan budaya Indonesia. Sekaligus mewartakan kejayaan Kerajaan Majapahit yang berkuasa pada masa yang sama dengan Kerajaan Louvre di Paris.
Keterampilan memahat patung batu merupakan keterampilan kreatif yang dimiliki masyarakat pemahat patung batu Trowulan. Kreasi patung mereka yang diperhitungkan pasar Mancanegara mampu menopang bisnis karya seni. Komunitas yang mampu bertahan dalam kondisi ekonomi apapun. Keberadaan mereka menjadi ikon industri kreatif Indonesia khususnya Kabupaten Mojokerto.
Industri kreatif patung batu di Trowulan merupakan industri yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Kala itu, keterampilan ini sebagai prasasti maupun upaya memenuhi kebutuhan perabotan. Namun sekarang, meski di tengah maraknya barang yang diproduksi secara massal, patung batu tetap bertahan. Karya yang dihasilkan dari kejelian individu pemahat dengan nilai seni luhur, tidak dengan produksi pabrik secara massal.

Kekerasan dan Agresi Binatang

“The only thing for the triumph of end is for goodmen to do nothing” (Edmund Burke)
KEKERASAN adalah kejahatan utama. Kejahatan bisa menang hanya dengan orang-orang baik yang tak berbuat apapun. Kekerasan akan selamanya menjadi satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah jika tidak ada upaya untuk menghentikannya. Ketika seseorang menduga kekerasan adalah penyelesai masalah, ia sama sekali tak pernah menyadari bahwa kekerasan itu sendirilah yang menjadi masalah.

Kekerasan, Agresi Kebinatangan
Kata-kata Edmund Burke itu mengingatkan kita akan fenomena kekerasan yang akhir-akhir ini marak terjadi. Mulai dari kekerasan di dalam keluarga (KDRT), kekerasan yang dilakukan aparat, sampai yang terakhir yang menimpa para jemaat HKBP di Bekasi.
Pelaku kekerasan, kata F. Budi Hardiman, adalah manusia-manusia yang dicirikan oleh ketakberdayaan dirinya sebagai individu dan oleh kelemahan dalam komunitasnya. Kekerasan terjadi karena krisis makna dalam diri manusia. Lalu ketika merasa diri mereka tak bermakna, ego mereka pun mengecil dan panik. Di situlah tindakan kekerasan potensial diledakkan.
Dalam pandangan psikoanalisis, setiap kekerasan terjadi karena dipicu oleh sebuah kekuatan dalam diri manusia itu sendiri, yakni kekuatan psikologis yang bersemayam, yang mengobarkan semangat menyerang dan merusak (destruktif). Tindakan agresi manusia ini, seperti tampak pada penjelasan Freud merupakan wujud nyata dari talenta (bawaan) manusia.
Legitimasi “aku” sebagai pihak yang harus diselamatkan merupakan pilihan tak terhindarkan. Perilaku agresif lalu dilihat sebagai hal yang manusiawi (fitrah) dan mewujud dalam “insting libido seksual”. Dimensi “aku” yang melahirkan pelbagai kekerasan di tengah keluarga ini adalah mempertahankan dan menyalurkan hasrat diri dari kecemasan-kecemasan atau neurosi yang mengganggu dirinya, baik dari dalam maupun luar keluarganya.
Dari sisi eksternal, agresi manusia dibangun dari seperangkat struktur luar manusia yang berfungsi untuk selalu menciptakan sifat-sifat destruktif dan keserakahan yang sulit dikendalikannya sendiri. Struktur eksternal ini bisa berupa sisi ekonomi, politik maupun sosio-budaya, dan atas interaksinya dengan manusia lain. Dan tumbuhlah sifat agresi itu.
Erich Fromm (2000), seorang penganut psikoanalisis kritis, mencoba untuk membongkar anatomi destruktivitas manusia dalam banyak dimensi. Dengan mendasarkan diri pada kerangka teoritisi psikoanalisis Freudian, ia menyatakan bahwa agresi adaptif biologis adalah bawaan, dan destruktivitas adalah agresi. Hal ini memunculkan asumsi bahwa “destruktivitas adalah bawaan”.
Agresi dalam Diri
Tindakan agresi manusia dengan demikian merupakan tindakan tidak sadar, di saat libido memberikan dorongan terhadap alternatif untuk menyelamatkan diri, dan dengan demikian memberikan rasa aman pada dirinya ketika hasrat sudah disalurkan. Fromm memaparkan perilaku agresif itu dilihat dari teori agresi yang dimiliki oleh Lorenz, seorang etholog (biolog yang mempelajari tingkah laku binatang untuk diterapkan pada manusia). Agresi binatang, demikian Lorenz, timbul dari dorongan insting yang sangat kuat (Maghfur, 2000).
Teori ini hampir sama dengan apa yang dipaparkan Freud, yaitu bahwa agresivitas adalah insting yang didorong oleh kekuatan yang secara alami ada. Dan harap diingat bahwa agresivitas ini tidak selalu ditentukan dari lingkungan eksternal; tidak selalu merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar. Bahkan, bisa jadi, rangsangan dari luar tersebut hanyalah merupakan instrumen dan mediator sifat agresi manusia, sehingga energi atau kekuatan agresivitas itu sendiri ada penyalurannya.
Jika lingkungan eksternal tidak memiliki ruang dan waktu untuk mendorong energi agresi, maka secara spontan insting akan meledak tanpa stimulasi dari obyek yang dibutuhkan sebagai alat penyaluran tadi. Agresi kebinatangan yang dimiliki manusia justru akan lebih membahayakan dan menjadi lebih liar, sebab agresi telah ditransformasikan menjadi ancaman dan bukan merupakan media untuk kehidupan yang damai.
Ada tiga teori yang bisa dipahami dari analisis mengenai perilaku agresif manusia dan memberikan pandangan secara berbeda, yakni secara instingtivistik, behaviorisme dan psikoanalisis (Fromm, 2000). Teori instingtivistik mengatakan bahwa perilaku agresi manusia merupakan tindakan yang terlepas dari kondisi sosial budaya lingkungan sekitarnya. Teori behaviorisme mengatakan bahwa sikap agresi angat tergantung pada kondisi di luar (eksternal) yang menginginkan subyek tersebut untuk bersikap destruktif ataupun menyerang. Meminjam kaidah Box Skinner, dikatakan bahwa perilaku manusia itu lahir sebagai akibat upaya terus menerus secara trial and error, serta cenderung diulangi. Teori lainnya, teori psikoanalisis menemukan bahwa sifat pembawaan semula dimiliki oleh manusia yang karena adanya ketidaksesuaian antara kehendak insting dan realitas. Manusia selanjutnya meletakkan eksistensi kehidupannya pada situasi yang lebih memberikan rasa aman dan demi agar dirinya tetap terjaga.
Atas berbagai masalah yang ada, negara dituntut untuk memberikan perlindungan dan pencerahan secara massif kepada warganya bahwa kekerasan –apapun skupnya– adalah melanggar hak asasi, dan karenanya akan mendapatkan hukuman. Karena kekerasan adalah kejahatan utama, maka negara yang baik adalah yang memberikan perlindungan terbaik kepada warganya.

Mengapa kesurupan koq tidak disenggaja, ada apa c??

Kesurupan yang Tidak Disenggaja

Lebih sulit lagi untuk melakukan eksperimen untuk kerasukan yang tidak ritualistik, seperti kesurupan massal mendadak yang sering terjadi di SMP kita. Ia tidak terduga kapan datangnya. Kesulitan ini membutuhkan kerjasama antara antropolog dan ahli syaraf yang sayangnya masih sulit dilakukan. Di satu sisi, para antropolog umumnya hidup di daerah terpencil yang minim teknologi. Di sisi lain, para ahli syaraf umumnya hidup di daerah modern yang kaya teknologi modern. Langkah ini baru saja dicoba untuk di jajaki pada awal abad ke-21.
Jika neurologi dan antropologi kesulitan, bagaimana dengan psikologi? Dua orang psikolog dari Singapura, Beng-Yeong Ng dan Yiong-Huak Chan baru saja berhasil menentukan faktor-faktor psikosial yang menyebabkan seseorang dapat mengalami kesurupan. Mereka melakukan wawancara mendalam terhadap 58 orang pasien yang pernah mengalami kesurupan dan membandingkannya dengan 58 pasien yang mengalami depresi berat. Mereka menemukan kalau orang yang sering mengalami kesurupan adalah orang yang memiliki masalah dalam isu agama dan budaya; terpaparkan pada kondisi trans (kesurupan disengaja) dan memiliki peran sosial sebagai seorang rohaniawan atau pendamping seorang rohaniawan.
Penelitian oleh Albert C Gaw dan kawan-kawan di China membenarkan kondisi ini. Mereka menambahkan data mengenai apa yang terjadi saat seseorang kesurupan. Berdasarkan wawancara terhadap 20 orang yang pernah kesurupan mereka memperoleh data sebagai berikut : 19 kehilangan kendali atas tindakan, 18 mengalami perubahan perilaku atau bertindak berbeda, 12 kehilangan kesadaran atas sekelilingnya, 11 kehilangan identitas pribadi, 10 kehilangan kemampuan membedakan antara kenyataan dan fantasi, 10 mengalami perubahan nada suara, 9 mengalami perhatian yang tidak fokus, 9 mengalami kesalahan dalam menilai, 8 mengalami kesulitan berkonsentrasi, 7 kehilangan kemampuan menilai waktu, 7 kehilangan ingatan, 6 kehilangan kemampuan merasa sakit dan 4 percaya kalau dirinya berubah ujud.
Dilihat dari agen yang merasuki, sembilan dirasuki oleh orang yang telah meninggal, lima oleh dewa/mahluk ghaib yang baik, empat oleh roh hewan, dan 2 oleh setan. Satu tidak tahu siapa yang merasukinya. Lima melaporkan dimasuki oleh lebih dari satu agen. Satu percaya kalau ia dirasuki oleh beberapa orang yang telah meninggal, yang lain percaya kalau ia dirasuki oleh lebih dari satu mahluk halus seperti dewa baik dan setan yang memasuki dirinya serentak. Gaw et al bahkan menambahkan bukti dari luar sampelnya kalau di China, seseorang bahkan bisa kesurupan benda mati, seperti batu dan kayu.
Peneliti Indonesia, Luh Ketut Suryani, dan seorang peneliti barat, Gordon D Jensen menyimpulkan kalau fenomena kesurupan memiliki analog paling sesuai dengan fenomena MPD (Multiple Personality Disorder).  Perbedaannya, kesurupan sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Hal ini bisa dibilang berlaku pula pada MPD, karena fenomena MPD terjadi di satu kebudayaan saja, yaitu kebudayaan barat. Dengan kata lain, MPD adalah salah satu contoh fenomena yang melatarbelakangi kesurupan pula.
Gaw et al menggabungkannya dalam satu istilah: penyakit atribusi. Penyakit atribusi ini termasuklah susto di Amerika Latin dimana seseorang merasa dirinya sangat ketakutan, hwa-byung dari Korea dimana seseorang merasa dirinya sangat marah, dan kesurupan dimana seseorang merasa dirinya dimasuki mahluk asing.
Gregory P Garvey menyarankan kalau kesurupan sebenarnya sama saja dengan latah. Kami telah membahas tentang latah sebelumnya. Dan latah terjadi tergantung kebudayaan. Satu hal yang sama antara latah dan kesurupan, keduanya lebih sering terjadi pada wanita dari latar belakang pendidikan yang rendah.
Dan kembali, ia menjadi sebuah masalah psikologis yang masih belum dipahami dengan jelas, kecuali dengan pemberian istilah baru agar terlihat ilmiah. Gangguan disosiatif istilahnya.
Demonstrasi kesurupan di depan masyarakat ilmiah

Kesimpulan

Kita telah banyak belajar mengenai faktor-faktor gender, pendidikan, dan psikososial yang mempengaruhi kesurupan, perasaan yang timbul saat kesurupan, zat kimia dan pola gelombang otak yang muncul saat kesurupan dan metode untuk menyebabkan seseorang kesurupan (walaupun hanya berupa ritual spesifik budaya, bukannya metode ilmiah universal). Walau begitu, kita masih belum punya teori yang menjelaskan bagaimana proses neurologis yang membuat kesurupan dapat terjadi. Termasuk kategori apakah ia dalam klasifikasi penyakit kejiwaan dan mungkinkah kita mampu mensimulasikannya di laboratorium (seperti pada fenomena keluar dari tubuh). Tentang pertanyaan apakah orang yang kesurupan memang dirasuki mahluk halus, kita tidak ada bukti yang membutuhkan penjelasan yang melibatkan mahluk halus. Bukti-bukti ilmiah dari psikologi, ilmu syaraf, antropologi dan kedokteran masih  mampu untuk menjelaskan kesurupan sebagai fenomena alamiah manusia. Ataukah frase ‘sudah mampu’ lebih pantas dipakai daripada ‘masih mampu’? Itu kembali dari posisi awal kita di awal artikel ini. Jika anda sekuler, skeptik atau liberal, frase ‘sudah mampu’ tampaknya lebih cocok dipakai.

Kesurupan yang Melanda di Indonesia Setahun Terakhir

Menanggapi tentang hal tersebut penulis mencoba untuk memperkenalkan kepada pembaca tentang bagaimana kesurupan bisa terjadi. Banyak hal yang bisa menyebabkan kesurupan terjadi misalnya : 1 Kesurupan bisa terjadi secara ilmiah, sengaja maupun tidak di sengaja.
Sedikit yang mencoba mendalami lebih jauh masalah ini. Tapi apakah hal ini memiliki basis di kenyataan?
Kesurupan bagi mereka disebabkan oleh:
1.      Gangguan otak, seperti epilepsi atau sindrom Gilles de la Tourette, epilepsi, gangguan identitas disosiatif atau
2.      Penyakit mental, seperti schizophrenia, psikosis, histeria, mania, atau
3.      Orang yang otaknya kurang lebih sehat tapi sayangnya tersedot dalam permainan peran sosial dengan konsekuensi yang sangat tidak nyaman, seperti remaja yang hanya dapat mengatakan hal-hal tabu jika ia kesurupan
Ada satu jenis kesurupan yang tidak terlalu akrab kita dengar, yaitu kesurupan teritualisasi. Gangguan otak dan penyakit mental mungkin dapat menjelaskan kenapa seseorang bisa kesurupan tiba-tiba, tapi bagaimana dengan orang yang ingin kesurupan, melakukannya lewat ritual, dan akhirnya benar-benar kesurupan?

Kesurupan yang disengaja

Profesor Michelle Crepeau mengajukan hipotesis adanya CPG atau Central Pattern Generator di otak manusia. CPG adalah bagian yang bertanggung jawab atas I-function, atau ke-saya-an. Saat kemasukan, CPG menjadi padam. Tindakan ritual yang dilakukan, misalnya oleh dukun, untuk menjadi kesurupan sesungguhnya adalah sebuah mekanisme untuk memadamkan CPG di dalam otaknya.
Solusinya adalah eksperimen, bukan semata pengamatan. Melakukan eksperimen bukanlah hal yang mudah karena konteks dari ritual kesurupan yang religius.
Seorang pakar psikologi dan ilmu syaraf dari Jepang, Manabu Honda, telah melakukannya bersama rekan-rekan penelitinya tahun 2000. Beliau melakukan eksperimen dalam upacara adat di Bali yang disebut Kerauhan. Banyak orang sehat disini mengalami kerasukan. Ia sudah pernah di dokumentasikan lewat film oleh Margaret Mead dan Gregory Bateson, namun keberadaannya belum terbukti secara ilmiah. Honda dan teman-temannya mencoba mendekati masyarakat Bali untuk melakukan eksperimen ini.
Bagaimana mungkin orang Jepang bisa mendapat kepercayaan masyarakat Bali untuk mengukur gelombang otak mereka saat mereka kerasukan? Bukankah ini ritual adat yang suci? Mengesankannya, Honda dan rekan-rekannya membangun kepercayaan ini selama lebih dari sepuluh tahun! Akhirnya masyarakat mempercayai mereka untuk mengakses para subjek yang ikut serta dalam upacara adat ini.
Kerauhan (Credit : Iga Dwi Sanjaya Putra)
Honda dan kawan-kawannya menggunakan sistem telemetri Elektro Encephalogram  (EEG) multi channel portabel untuk mengukur gelombang otak dari 24 orang-orang yang kesurupan saat upacara adat ini. Mereka berhasil untuk pertama kalinya menunjukkan kalau fungsi otak ternyata berubah menjadi tidak biasa saat seseorang kerasukan. Kekuatan pita gelombang otak theta dan alpha dari orang yang kesurupan ternyata meningkat secara signifikan. Gelombang ini tetap tinggi selama beberapa menit setelah mereka sadar dari kesurupan.
Bukan hanya itu, mereka yang kesurupan memiliki tingkat konsentrasi beta-endorphin, dopamine dan noradrenalin yang tinggi. Ketiga zat ini merupakan narkotika endogen, artinya narkotika yang dibuat oleh otak sendiri.
Honda dan kawan-kawannya menyimpulkan kalau kondisi ini diaktifkan oleh suara alunan gamelan Bali yang mengandung beberapa sinyal yang tak terdengar tapi dapat memacu kerja syaraf.
Penelitian Honda dan rekan-rekannya menunjukkan kalau setidaknya, kesurupan tipe ritual merupakan semacam hiburan seperti halnya dansa atau musik dimana orang terlarut di dalamnya. Sayangnya, eksistensi dari ke-saya-an yang diajukan Crepeu masih kabur.
Fenomena kesurupan tampak sebagai sifat kebudayaan manusia yang universal dan ditemukan di setiap benua dan setiap waktu. Sebagai contoh, Bourguignon (1973, 1976) melakukan survey pada 488 kelompok masyarakat, dan menemukan kalau 90% nya memiliki bentuk pola budaya yang memuat kondisi kesadaran berubah. Keyakinan pada kesurupan sebagai masuknya jiwa lain ke dalam tubuh ditemukan dalam 74% sampel dan ritual kesurupan ditemukan dalam 52% sampel.

Pro Kontra Indonesia Malaysia [Bendera: Malaysia Tak Bisa Beri Pekerjaan Warganya}

JAKARTA – Aktivis Benteng Demorkasi Rakyat (Bendera) Adian Napitupulu mengatakan Indonesia merupakan negara kaya dan luas. Karena itu, pihaknya yakin masih ada pekerjaan bagi TKI jika ditarik dari Malaysia.
Pernyataan itu disampaikan Adian menanggapi pernyataan Wakil Deputi Perdana Menteri Malaysia yang meminta agar para TKI tidak pulang menyusul ketegangan dua negara.
“Wilayah Indonesia 300 kali lebih luas dari Malaysia, mengapa tidak? Ada pekerjaan bagi mereka” ucap Adian kepada salah satu media di Indonesia, Jumat (3/9/2010).
Adian mengatakan justru Malaysia yang tidak mampu memberikan pekerjaan kepada rakyatnya, sehingga mengambil ikan di perairan Indonesia.
Keberadaan TKI di Negeri Jiran, sambungnya, sangat diperhitungkan. Karena itu, jika dua juta pekerja Indonesia ditarik, maka akan memberikan shock therapy bagi negara berpenduduk sekira Rp28 juta jiwa itu.
“Bahkan sekarang rakyat Malaysia ketakutan ketika TKI mulai melakukan ekspansi jenis pekerjaan menjadi guru atau menjadi staf. Karena rakyat Indonesia lebih jujur dibanding warga Malaysia. Ini mengakibatkan kecemburan,” tandasnya.

Kapan Indinesia Mau Maju!!??"Anggota Dewan Masih Sering Nombok Kalau Ke Luar Negeri"

JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Marzuki Alie, mengungkapkan, anggaran kunjungan kerja ke luar negeri jangan dilihat dari angka saja. Jika dicermati lebih jauh, Marzuki menyatakan, kerap anggota Dewan menombok sendiri karena tak cukup.

"Soal biaya silakan dicek, biaya itu tidak dinikmati Dewan," kata Marzuki. "Dewan itu mendapatkan uang harian sesuai keputusan Menteri Keuangan," kata Marzuki di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat 17 September 2010.

Kadangkala, kata Marzuki, uang harian itu tidak cukup untuk bayar hotel dan uang makan, khususnya kalau kunjungan kerja itu dilakukan di negara-negara maju seperti negara di Eropa dan Jepang. "Di Jenewa (Swiss), hotel yang kecil saja sudah 2-3 juta rupiah per malam. Jadi kadangkala, uang harian yang diterima anggota Dewan tidak cukup menutupi keperluan kunjungan kerja tersebut," kata Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu.

Jadi, kata Marzuki, kalau disebut anggota Dewan mengambil uang negara, pendapat ini perlu dipertanyakan. Uang itu untuk keperluan perjalanan dinas. "Tidak dimakan dan perjalanan itu pun ada maksudnya. Mari kita berpikir sehat dan rasional kalau ingin betul-betul DPR ini menghasilkan karya yang berkualitas," kata Marzuki.
Amanat Konstitusi

Marzuki menyatakan, kunjungan kerja merupakan bagian dari kewenangan DPR yang ditentukan konstitusi. Konstitusi hasil amandemen memandatkan kewenangan pembuatan Undang-undang berada di DPR.

"Nah di DPR sendiri kita belum punya badan perancangan Undang-undang. Lembaga ini dulu ada di pemerintah saat kekuasaan membuat Undang-undang itu ada pada pemerintah," kata Marzuki. Dan sekarang, kekuasaan itu dipindahkan tapi badannya tidak ikut pindah.

Menunggu pembentukan badan itu, kunjungan kerja diperlukan untuk memperbanyak referensi. Referensi juga didapatkan melalui internet dan perpustakaan, namun kata Marzuki, lebih lengkap lagi jika disertai tinjauan lapangan.

"Jangan dibandingkan dengan DPR masa lalu. Justru DPR masa lalu banyak Undang-undang yang diujimateriilkan, dibatalkan, yang bermasalah," kata Marzuki. "Itu karena kurangnya referensi dalam penyusunan Undang-undang ini."

Kemarin, Indonesia Budget Center merilis anggaran ke luar negeri DPR pada 2010 membengkak 76 kali lipat dibanding tahun pertama DPR periode lalu. Pada 2005, anggaran ke luar negeri kurang dari Rp1 miliar, sementara pada 2010 ini, lembaga swadaya masyarakat tersebut merilis lebih dari Rp73 miliar.
Sekretaris Jenderal DPR Nining Indra Saleh dan Marzuki Alie membantah data itu. Menurut Nining, anggaran ke luar negeri tidak mencapai Rp73 miliar karena tidak disetujui Kementerian Keuangan. Namun Marzuki mengakui anggaran 2010 ini lebih besar karena RUU yang digarap lebih banyak.

Ibn Tufayl, Mengajarkan Filsafat Melalui Kisah (Jalan Mencapai kebahagiaan)


Muhammad Abu Bakr Ibn Tufayl. Filosof kelahiran Guadix, Spanyol pada 1110 M, Karyanya memang terinspirasi oleh murid Ibn Sina yang bernama Hayy Ibn Yaqzan, Salaman serta Absal. (Berita SuaraMedia)Ceritanya, hampir setiap hari Sophie mendapatkan surat misterius yang mempertanyakan asal mula manusia, keberadaan dunia dan pertanyaan filosofis lainnya. Pertanyaan seperti itu memang tak pernah terlintas dalam benak Sophie sebelumnya. Meski semula kebingungan, akhirnya remaja itu menikmati petualangannya di dunia filsafat. Lewat pengalaman Sophie, pembaca juga memahami filsafat. Begitulah cara Gaarder membawa orang awam memahami filsafat.
Cara yang sama, telah dilakukan berabad-abad silam oleh filsuf Muslim Muhammad Abu Bakr Ibn Tufayl. Filosof kelahiran Guadix, Spanyol pada 1110 M ini mengemas pandangan filsafatnya dengan sebuah 'novel' pula, yang bertajuk Hayy Ibn Yaqzan (The Living Son of Vigilant). Karyanya memang terinspirasi oleh murid Ibn Sina yang bernama Hayy Ibn Yaqzan, Salaman serta Absal.
Tentang transformasi kehidupan
Kerangka karya Tufayl berasal dari cerita kuno di dunia timur, yaitu The Story of the Idol and of the King and His Daughter. Judulnya memang diambil dari karakter utama, Hayy Ibn Yaqzan. Melalui bukunya ini, Tufayl mengajak pembacanya untuk turut merasakan langsung dan memahami pandangan filsafatnya. Secara garis besar, ia menggambarkan tentang pengetahuan manusia, yang muncul dari sebuah kekosongan. Kemudian ia menemukan pengalaman mistik melalui hubungan dengan Tuhan. Dengan laku spiritual yang tak hanya dilakukan sebagai ritual an sich. Untuk mencapai pengalaman tersebut manusia juga mestinya 'mematikan' dirinya.
Kisah Hayy Ibn Yaqzan bermula dari sebuah pulau yang tak berpenghuni. Ia adalah anak dari seorang wanita yang tak ingin buah pernikahannya diketahui oleh saudaranya, Yaqzan. Ia juga tak mau diketahui kakak laki-lakinya, penguasa di pulau tetangga. Tak lama setelah kelahiran Hayy, perempuan itu pun menyusuinya agar si bayi merasa nyaman dan kenyang. Kemudian ia memasukkannya ke dalam sebuah peti dan menghanyutkannya. Bayi itu pun terbawa arus ke sebuah pulau yang tak berpenghuni. Kala itu, ada seekor rusa betina mendengar suara tangis Hayy. Rusa betina yang baru saja kehilangan anaknya ini, kemudian menghampiri Hayy.
Rusa betina itu memelihara Hayy sampai akhir hayatnya. Saat kematian 'ibu angkat'-nya, Hayy berumur tujuh tahun. Hidup di sekitar dunia hewan, Hayy pun berbicara dalam gaya mereka. Tak hanya itu. Ia pun menutupi tubuhnya dengan dedaunan setelah melihat banyak tubuh hewan yang tertutup oleh kulit maupun bulu yang lebat. Kematian rusa betina itu telah membuahkan transformasi kehidupan dari ketergantungan beralih pada eksplorasi dan penemuan. Itulah yang dilakukan Hayy. Ia pun memulai memikirkan bagaimana rusa betina itu bisa mati. Kenyataan itu ia cerminkan pula untuk mengetahui keberadaan dirinya. Ia mengamati tubuh rusa yang telah mati itu.
Hayy berpikir, semua organ tubuh berfungsi dengan baik. Meski tentunya ada organ vital yang mampu membuat rusa itu menjalani kehidupannya. Namun, setelah berpikir lebih dalam, hal terpenting adalah sebuah entitas tubuh. Bukan salah satu organ tubuh yang menjadi instrumen vital. Hayy melihat hakikat ini juga terjadi pada manusia seperti dirinya.
Setelah menemukan jawaban itu, pengamatan Hayy pun kemudian beralih ke objek-objek lain. Lewat perenungannya, Hayy dapat merumuskan konsep tentang benda, bentuk, sebab dan efek, kesatuan serta keberagaman. Juga konsep lainnya mengenai bumi dan surga. Ia memperoleh sebuah kesimpulan yang penting: semuanya diciptakan oleh pemilik eksistensi. Dan, mestinya selalu berhubungan dengan pemilik eksistensi tersebut, yaitu Tuhan.
Jalan mencapai kebahagiaan
Sementara itu, di pulau tetangga terdapat sekelompok orang termasuk Raja Salaman yang menjalankan sebuah agama. Agama itu dijalankan sesuai keterangan dalam kitab sucinya meski hanya sebatas ritual dan melalui perantaraan. Absal, teman Salaman, melakukan kajian terhadap ritual agama tersebut, yang langsung menuju kepada inti agama. Bukan literal seperti yang dilakukan oleh orang-orang lainnya.
Ia mencari apa yang sebenarnya ada di dalam kitab agama tersebut. Absal kemudian melakukan perjalanan menuju pulau tempat tinggal Hayy. Saat pertama kali bertemu Hayy, Absal merasakan takut. Namun, Hayy meyakinkan bahwa ia tak akan mengganggu. Absal kemudian mengajarkannya bahasa manusia.
Lewat penggunaan bahasa, Hayy mampu menjelaskan kepada Absal perkembangan pengetahuannya. Absal menyadari, apa yang dipahami Hayy adalah yang dijelaskan di dalam agamanya sendiri. Yaitu keberadaan tentang Tuhan, kitab suci, malaikat, nabi, kehidupan setelah kematian, dan lain sebagainya. Pada saat Absal mendiskusikan kebenaran tersebut seperti yang tersebut di dalam agamanya, Hayy juga menemukan peneguhan atas perenungannya selama ini. Hanya saja, Hayy tak dapat memahami mengapa agama Absal menggunakan simbol dan menggunakan perantara, lewat penyembahan benda.
Kemudian Hayy mengungkapkan ketertarikannya untuk mengunjungi pulau tetangganya itu. Ia ingin menyampaikan kebenaran dari keyakinannya kepada penghuni pulau itu. Absal kemudian menemaninya ke sana. Ia kemudian menyadari, sejumlah orang tak dapat menangkap kebenaran sejati. Ia pun menyadari bahwa agama mereka diperlukan bagi stabilitas dan perlindungan sosial.
Hayy berpikir, apa yang mereka lakukan bukanlah sumber kebahagiaan. Untuk melakukan perubahan tentunya harus lewat jalan panjang. Namun, ia menyadari upaya pencerahan ini akan menyebabkan stabilitas masyarakat tersebut goyah. Maka, ia pun memilih meninggalkan mereka. Absal dan Hayy kembali ke pulau semula. Mereka mempraktikkan laku spiritual yang melahirkan pengalaman mistisisme.
Dari pengalamannya, Hayy menemukan dua fakta ontologis yang penting. Pertama, di samping keberagaman benda terdapat sebuah kesatuan. Dan, selalu ada sesuatu yaitu jiwa yang selalu transenden. Ia pun akhirnya menyadari, mesti ada sebab awal terbentuknya dunia. Dunia tak terjadi tanpa adanya ruang dan waktu. Dan, penyebab semuanya adalah Tuhan.
Kesadaran lain juga ada dalam dirinya. Yakni, kesadaran merupakan alat investigasi untuk mengetahui keberadaan Tuhan. Lebih jauh, ia juga menyimpulkan, hanya ada satu jalan untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan dan setelah hidup. Yakni, kehadiran sebuah energi yang selalu menuntunnya kepada Tuhan. Karya Tufayl ini banyak diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, Prancis, dan Spanyol. Ia dianggap memiliki pengaruh besar bagi kebangkitan filsafat. Ia ditempatkan sebagai filsuf kedua yang memiliki pengaruh besar di dunia Barat setelah Ibn Bajjah.
Dalam karyanya, Ibn Tufayl berupaya melakukan rekonsiliasi antara agama dan spekulasi rasional. Padahal para filosof sebelum dan sesudah masanya jarang melakukan hal tersebut. Paling tidak, ada upaya Tufayl mempertemukan antara filsafat dan agama. Ia tak hanya menekankan pentingnya membahas eksistensi Tuhan dengan sebuah alasan yang masuk akal.
Tufayl meyakini ada sebuah jalan mistis yang dapat dirasakan jika berhubungan dengan Tuhan. Tentunya melalui laku spiritual yang dijalankan secara teratur. Pandangannya ini dianggap oleh berbagai kalangan sebagai sebuah pencerahan. Setelah bergelut dengan pemikirannya serta memberikan pencerahan bagi orang lain, ia menghembuskan napas terakhir pada 1185 M di Maroko.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...