Thursday, November 17, 2011

Orang Berjerawat Lebih Sulit Lolos Wawancara Kerja?

Hestianingsih - wolipop

img
dok. Thinkstock
Jakarta - Sudah bukan rahasia lagi, penampilan luar merupakan salah satu faktor penilaian yang menentukan diterima/tidaknya seseorang dalam wawancara kerja. Namun ternyata tidak hanya itu, penyebab gagalnya orang mendapat pekerjaan impian bukan hanya disebabkan oleh pakaian yang tidak rapi, minimnya bakat dan ketidakmampuan berkomunikasi.

Studi terbaru yang dilakukan Rice University dan University of Houston mengungkapkan, ketidaksempurnaan pada wajah juga menjadi faktor yang membuat calon karyawan kehilangan kesempatan kerja. Dalam dua penelitian terpisah, para peneliti menemukan bahwa calon karyawan yang memiliki jerawat, bekas luka yang terlihat jelas, tanda lahir atau flek hitam pada wajahnya lebih sulit lolos tes wawancara dibandingkan mereka yang berwajah 'tanpa noda'.

Hal ini terjadi karena bekas luka dan jerawat yang terlihat jelas, bisa membuat konsentrasi pewawancara terbagi. Dia tidak bisa lagi hanya fokus terhadap hal-hal yang diceritakan calon karyawan; perhatiannya teralihkan oleh noda pada wajah. Oleh sebab itu, pewawancara lebih sedikit menangkap informasi tentang calon karyawan tersebut dan akhirnya cenderung memberi penilaian lebih rendah dari seharusnya.

Penemuan ini ternyata tidak terlalu mengejutkan bagi salah satu penulis penelitian, Mikki Hebl. Dosen psikologi di Rice University mengatakan, hasilnya tidak terlalu jauh berbeda dari perkiraannya. Dikutip dari Fins, Mikki menemukan bahwa ketidaksempurnaan pada wajah --yang seharusnya tidak ada relevansi dengan tingkat kemampuan akademis-- bisa mengganggu poin penilaian yang mengakibatkan pewawancara melakukan evaluasi yang salah pada kandidat karyawan.

"Dengan demikian, pewawancara jadi kurang menggali lebih dalam tentang informasi yang mereka butuhkan untuk menentukan apakah kandidat sudah sesuai kriteria posisi yang diinginkan --karena dia tidak memperhatikan," tutur Mikki.

Dalam penelitian kedua, Mikki dan tim penelitinya melibatkan manajer sebuah perusahaan dan kandidat karyawan --yang memiliki tanda lahir di wajah-- dalam sebuah wawancara langsung. Ternyata informasi tentang pengalaman kerja, jabatan dan kemampuan akademis yang bagus tidak membuat pewawancara tetap fokus pada poin yang seharusnya diutamakan dalam wawancara.

"Stereotip memengaruhi setiap orang, tanpa peduli usia, pengalaman dan latar belakang. Sayangnya kebanyakan orang lebih memperhatikan pada stimuli yang negatif," jelas Mikki.

Penelitian lain yang juga dilakukan Mikki pun menemukan bahwa para pelamar yang kelebihan berat badan, wanita hamil, tak berpakaian profesional, tampak kusam dan memiliki ketidakmampuan fisik kerap kurang beruntung dalam tahapan wawancara kerja.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...