Senin, 2 Januari 2012
- Masih ingat Hukum Mendel? Itu loh, salah satu “Hukum” dalam biologi
yang anda pelajari waktu kelas 3 SMP. Sebenarnya, ia bukanlah sebuah
hukum dalam pengertian ilmiah.
Hukum segregasi berbunyi sebagai berikut:
‘pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak’.
Hukum pemilihan bebas berbunyi sebagai berikut:
‘bila
dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau
lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada
sifat pasangan lainnya’.
Teori
genetika Mendel diterbitkan tahun 1866 merupakan terobosan yang
mengajukan keberadaan ‘karakter konstan’ atau satuan pewarisan (yang
sekarang diasosiasikan dengan gen), sementara hukum dominasi, segregasi,
dan pemilihan bebasnya berhasil memprediksi distribusi karakter
fenotipe.
Sekitar 30 tahun setelah
karya Mendel ditemukan kembali tahun 1900 dan diverifikasi oleh
masyarakat ilmiah, genetikawan Inggris, Ronald A. Fisher menyadari kalau
Mendel sangat beruntung – atau mungkin ia malah berbohong. Dari banyak
sekali sifat yang dapat dipelajari Mendel, ia menerbitkan hasilnya pada
tujuh sifat yang sesuai dengan hukum segregasi dan keragaman mandiri,
punya dua alel, dan menunjukkan pola pewarisan dominan-resesif. Fisher
menekankan kalau Mendel harus menerbitkan sebagian datanya yang ia
pahami dan menyisakan lainnya. setelah Mendel wafat, semua makalahnya
terbakar, jadi kita tidak pernah tahu kebenarannya. Yang “lain” mungkin
mencakup semua bagian yang membuat pewarisan kacau, seperti epistasis
dan sambungan.
Walau begitu, walaupun
hukum Mendel memberikan landasan aman yang dibutuhkan genetika,ia
diturunkan dari eksperimen dengan populasi kecil dan beberapa generasi
varietas kacang ercis. Karenanya, perlu untuk mengekstrapolasi
konsekuensi hukum Mendel pada populasi alami yang lebih besar dan banyak
generasi sebelum dapat berperan dalam debat evolusi. Ekstrapolasi
teoritis dari kebun Mendel pada arah evolusi paling besar merupakan
produk dari buku Fisher The Genetical Theory of Natural Selection (1930), dan Haldane The Causes of Evolution (1932) serta esai-esai klasik Wright (1931, 1932), yang bersama-sama mendefinisi ulang Darwinisme sebagai studi bagaimana seleksi alam dan proses demografis lainnya mempengaruhi kelangsungan hidup dan transmisi satuan pewarisan dalam populasi alamiah.
Gen Pleiotropis
Salah
satu penyanggahan hukum Mendel yang pertama adalah penemuan gen
pleiotropis. Gen tertentu dapat mengendalikan lebih dari satu fenotipe.
Gen yang mengendalikan fenotipe jamak disebut pleiotropis.
Pleiotropi sangat umum ditemukan; hampir semua gangguan gen tunggal
yang terdaftar dalam Online Mendelian Inheritance in Man menunjukkan
efek pleiotropis.
Ambil contoh
fenilketonuria (PKU). Penyakit ini diwariskan sebagai sebuah kerusakan
gen tunggal dan resesif autosom. Ketika seseorang dengan fenotipe
resesif homozigot mengkonsumsi zat yang mengandung fenilalanin, tubuh
mereka kehilangan jalur biokimia
yang sesuai untuk memecah fenilalanin menjadi tirosin. Sebagai
hasilnya, fenilalanin menumpuk di tubuh, mencegah perkembangan otak
normal. Fenotipe primer orang dengan PKU adalah retardasi mental, namun
jalur biokimia ynag rusak mempengaruhi sifat fenotipe lainnya.
Karenanya, pasien PKU juga memiliki warna rambut trang, pola jalan dan
duduk yang tidak biasa, masalah kulit, dan kejang-kejang. Semua sifat
fenotip yang berasosiasi dengan PKU berkaitan dengan satu gangguan gen
saja bukannya tindakan lebih dari satu gen.
Lebih Banyak Lagi Pengecualian Hukum Mendel
Seiring
lebih baiknya gangguan genetika dipelajari, banyak pengecualian dari
aturan pewarisan Mendel ditemukan. Bagian ini membahas tiga pengecualian
penting.
Pencetakan Genomik
Ketika
sifat diwariskan pada kromosom autosom, mereka pada umumnya ditampilkan
sama pada jantan dan betina. Dalam beberapa kasus, gender orang tua
yang menyumbang pada alel tertentu dapat mempengaruhi bagaimana sifat
diekspresikan; hal ini disebut pencetakan genomik (genomic imprinting).
Domba
yang diternakkan di Oklahoma ditemukan memiliki contoh mengagumkan dari
pencetakan genomik. Seekor domba bernama Solid Gold memiliki bagian
belakang yang sangat besar bagi jenisnya. Pada gilirannya, Solid Gold
melahirkan domba lain, yang juga punya pantat sangat besar. Anaknya
dinamai Callipyge, yang berarti “pantat indah” dalam bahasa Yunani.
Ternyata
ada enam gen yang mempengaruhi ukuran pantat domba. Ketika peternak
mengawinkan domba Callipyge, semakin jelas kalau sifat ini tidak
mematuhi aturan Mendel. Pada akhirnya, para peneliti menemukan kalau
fenotipe pantat besar hanya dihasilkan ketika sang ayah menurunkan sifat
tersebut. Domba Callipyge tidak dapat menurunkan pantat besarnya pada
keturunannya.
Alasan dibalik
pencetakan genomik masih belum jelas. Dalam kasus domba Callipyge, para
ilmuan menduga kalau ada sebuah mutasi dalam sebuah gen yang mengatur
gen lainnya, namun mengapa ekspresi gen ini dikendalikan oleh kromosom
ayah masih berupa misteri.
Antisipasi
Kadang
sifat-sifat terlihat tumbuh lebih kuat dan mendapat lebih banyak
ekspresi dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Penguatan sebuah
sifat yang diwariskan disebut antisipasi. Skizofrenia
adalah sebuah gangguan yang sangat dapat diwariskan dan sering memiliki
pola antisipasi. Ia mempengaruhi mood seseorang dan bagaimana ia melihat
dirinya sendiri dan dunia. Beberapa pasien mengalami halusinasi dan
delusi yang jelas yang membuat mereka memiliki keyakinan
sangat kuat seperti paranoia atau grandeur. Usia kemunculan gejala
skizofrenai dan penguatan gejalanya cenderung meningkat dari satu
generasi ke generasi selanjutnya.
Alasan
dibalik antisipasi dalam skizofrenia dan gangguan lainnya, sperti
penyakit Huntington, mungkin pada saat replikasi, potongan berulang DNA
dalam gen dengan mudah diduplikasi secara kebetulan. Karenanya, dalam
generasi selanjutnya, gen tersebut sesungguhnya menjadi lebih panjang.
Saat gen memanjang, pengaruhnya juga semakin kuat, membawa pada
antisipasi. Dalam gangguan yang mempengaruhi otak, mutasi membawa pada
protein salah bentuk. Protein salah bentuk menumpuk di sel otak, pada
akhirnya menyebabkan sel-sel menjadi mati. Karena protein salah bentuk
dapat membesar dalam generasi berikutnya, pengaruh itu akhirnya muncul
ketika seseorang muda atau dengan bentuk penyakit lain yang lebih parah.
Pengaruh lingkungan
Sebagian
besar sifat menunjukkan sedikit bukti adanya pengaruh lingkungan. Walau
begitu, fenotipe yang dihasilkan beberapa gen sepenuhnya memang
dikendalikan oleh lingkungan hidup organisme. Sebagai contoh, gen yang
memberikan ciri kelinci Himalaya fenotipe kaki, telinga, dan ekor gelap
merupakan contoh yangbagus sifat yang bervariasi dalam ekspresinya
berdasarkan lingkungan hewan. Pigmen yang menghasilkan bulu gelap pada
hewan manapun adalah hasil dari keberadaan enzim yang dihasilkan di
seluruh tubuh hewan itu. Namun dalam kasus ini, alel yang menghasilkan
pigmen bulu kelinci diekspresikan hanya pada bagian tubuh yang lebih
dingin dari daerah lainnya; karenanya, kelinci Himalaya semuanya putih
ketika lahir (karena mereka dijaga tetap hangat dalam rahim ibunya)
namun mendapatkan hidung, telinga, dan kaki gelap ketika dewasa. Kelinci
Himalaya juga berganti warna secara musiman dan menjadi lebih terang
ketika musim hangat.
Fenilketonuria dan gangguan metabolisme lain juga tergantung pada faktor lingkungan seperti pola makan, untuk ekspresi sifat.
Mengapa Sampai Bisa Disebut Hukum?
Alasan
pertama adalah banyak generalisasi ilmiah (dalam berbagai disiplin
ilmu) disebut hukum, sementara gagal memenuhi kriteria kehukuman yang
kuat.
Teori keterhukuman yang
menerapkan kriteria lebih kuat beresiko menghapus semua generalisasi
ini. Sejarah genetika klasik memberikan contoh dari hukum alam yang
palsu. William Bateson (1900) sangat yakin kalau akan berguna dan
mungkin untuk menemukan hukum pewarisan. Keyakinan ini terutama di
inspirasi oleh karya-karya Francis Galton (1889, 1897), yang merumuskan
hukum regresi dan apa yang kemudian akan disebut hukum pewarisan
leluhur. Namun pada saat itu juga, Bateson berkenalan dengan karya
Gregor Mendel lewat Hugo de Vries (Mendel 1865/1933; de Vries 1900).
Apa yang menarik adalah cara Bateson memandang hukum pewarisan. Ia
mengetahui kalau hukum Galton maupun hukum Mendel (waktu itu, Bateson
tidak membedakan antara hukum segregasi dan hukum pemilihan bebas)
merupakan pengecualian dan memiliki penerapan yang terbatas. Namun, hal
ini tidak menghalanginya untuk memberikan label ‘hukum’. Tidak pula ia
mengubah pikirannya, ketika pengecualian atas hukum Mendel kemudian
dilaporkan oleh para ahli biometric yang menolak teori Mendel untuk
mendukung Galton (Bateson, 1902). Dalam karyaThomas Hunt Morgan dan
rekan-rekannya (Morgan et al. 1915; Morgan 1919, 1926/1928), temuan
Mendel pada segregasi dan pemilihan bebas disebut hukum, bahkan bila ia
disertai dengan penjelasan sistematik mengenai kegagalannya
(pengkopelan, penyilangan, pewarisan berkaitan seks, kegagalan
dominansi, dan seterusnya). Bahkan sekarang, buku teks genetika modern
masih diawali dengan tinjauan mengenai Mendel (Klug and Cummings 1997,
chap. 3). Temuan Mendel jelas bukan hukum, namun manfaatnya dapat
didukung dalam pendekatan pragmatis, begitu juga statusnya sebagai
‘hukum’.
Referensi:
Bateson,William. 1900. “Problems of Heredity as a Subject for Horticultural Investigation.” Journal for the Royal Horticultural Society 25:54–61.
Bateson,William. 1902. Mendel’s Principles of Heredity: A Defence. London: Cambridge University Press.
Castilho, L.V. 2010. Modular Evolution: How Natural Selection Produces Biological Complexity. Cambridge University Press
de Vries, Hugo. 1900. “The Law of Segregation of Hybrids” [Das Spaltungsgesetz der Bastarde]. In The Origin of Genetics: A Mendel Source Book, ed. C. Stern and E. R. Sherwood, 107–17. San Francisco: Freeman
Galton, Francis. 1889. Natural Inheritance. London: Macmillan.
Galton, Francis. 1897. “The Average Contribution of Each Several Ancestor to the Total Heritage of the Offspring.” Proceedings of the Royal Society 61:401–13
Klug, William S., and Michael R. Cummings. 1997. Concepts of Genetics. 5th ed. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall
Leuridan, B. 2010. Can Mechanisms Really Replace Laws of Nature? Philosophy of Science, 77 (July 2010) pp. 001-024
Mendel, Gregor. 1865/1933. Versuche u¨ber Pflanzenhybriden. Ostwald’s Klassiker der Exakten Wissenschaften. Leipzig: Akademische
Morgan, Thomas H. 1919. The Physical Basis of Heredity. Philadelphia: Lippincott.
Morgan, Thomas H. 1926/1928. The Theory of the Gene. Rev. ed. New Haven, CT: Yale University Press.
Morgan, Thomas H., Alfred Sturtevant, Hermann Muller, and Calvin Bridges. 1915. The Mechanism of Mendelian Heredity. New York: Henry Holt & Co
Pamungkas, B. Genetika: Hukum Mendel. http://biologimediacentre.com/genetika-hukum-mendel/
OMIM ® - Online Mendelian Inheritance in Man ®. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?db=omim
Robinson, T.R. 2005. Genetics for Dummies. Wiley
sumber: fakta ilmiah
0 comments:
Post a Comment