ist.
Jakarta - Tas karya desainer menjadi tren? Itu biasa. Namun bagaimana jika tas kertas untuk belanja dari rumah mode eksklusif yang menjadi buruan para pecinta mode? Itulah yang kini terjadi di Korea.
The Wall Street Journal melaporkan adanya tren terbaru yang terjadi di antara fashionista Korea, yaitu mengoleksi, membeli dan menjual tas belanja. Bahkan ada retailer online yang menjual tas-tas tersebut dengan harga mencapai US$ 30 atau sekitar Rp 255 ribuan.
Tas belanja yang menjadi buruan, bukanlah tas dari sembarang label fashion. Melainkan brand eksklusif seperti, Burberry, Louis Vuitton, Prada dan Cartier yang menjadi favorit. Selain karena nama brand-nya, bentuk serta tekstur tas juga berpengaruh.
"Logo glossy, kertas yang digunakan lebih tebal dan lebih padat dibandingkan dengan kantong kertas biasa," ujar seorang penjual tas.
Fenomena tren kantong kertas belanja ini juga diamini oleh Sung Young-shin, seorang profesor psikologi konsumen di Korea University. "Sama seperti gantungan kunci atau aksesori ponsel yang pernah populer, kini tren tersebut pindah ke kantong kertas belanja," jelas Young-shin.
"Dalam budaya kolektif Korea, konsumsi tidak hanya merupakan perilaku pribadi. Hal ini bukan berarti kebutuhan, namun mengenai apa yang dimiliki oleh orang lain atau kelompok Anda. Jadi jika teman Anda memilikinya, maka Anda juga harus memilikinya," tambah Young-shin.
The Wall Street Journal melaporkan adanya tren terbaru yang terjadi di antara fashionista Korea, yaitu mengoleksi, membeli dan menjual tas belanja. Bahkan ada retailer online yang menjual tas-tas tersebut dengan harga mencapai US$ 30 atau sekitar Rp 255 ribuan.
Tas belanja yang menjadi buruan, bukanlah tas dari sembarang label fashion. Melainkan brand eksklusif seperti, Burberry, Louis Vuitton, Prada dan Cartier yang menjadi favorit. Selain karena nama brand-nya, bentuk serta tekstur tas juga berpengaruh.
"Logo glossy, kertas yang digunakan lebih tebal dan lebih padat dibandingkan dengan kantong kertas biasa," ujar seorang penjual tas.
Fenomena tren kantong kertas belanja ini juga diamini oleh Sung Young-shin, seorang profesor psikologi konsumen di Korea University. "Sama seperti gantungan kunci atau aksesori ponsel yang pernah populer, kini tren tersebut pindah ke kantong kertas belanja," jelas Young-shin.
"Dalam budaya kolektif Korea, konsumsi tidak hanya merupakan perilaku pribadi. Hal ini bukan berarti kebutuhan, namun mengenai apa yang dimiliki oleh orang lain atau kelompok Anda. Jadi jika teman Anda memilikinya, maka Anda juga harus memilikinya," tambah Young-shin.
0 comments:
Post a Comment