Allah berfirman
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dsn mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Ali Imran : 190-191)
Pernah terjadi peristiwa pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Waktu itu Bilal sudah selesai azan subuh di masjid Nabawi, Bilal menebarkan pandangannya ke seluruh ruangan masjid, tapi belum melihat kehadiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ini tidak seperti biasanya, karena biasanya, sebelum azan subuh, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam udah berada di dalam masjid. Oleh karena itu Bilal mengambil inisiatif untuk menjenguk Nabi shalllallahu 'alaihi wa sallam ke sebelah masjid, ke rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Setelah mengetuk pintu, dan mengucapkan salam, Bilal dipersilahkan Rasulullallah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke dalam rumah. Dan Bilal terheran-heran serta kaget melihat kondisi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ditemukan Bilal, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berada di atas sajadahnya. Pada tempat sujudnya penuh bekas air mata. bahkan jenggot beliau masih basah oleh air mata.
Melihat kondisi seperti itu, Bilal langsung bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang terjadi? Kenapa engkau sampai menangis seperti ini?" Dengan penuh kasih sayang Nabi menceritakan bahwa tadi malam turun wahyu, yang sangat luar biasa. Banyak umatku nanti yang hapal ayat tersebut, tetapi bagi mereka yang tidak paham kandungan makna ayat ini, maka hidupnya akan penuh dengan kecemasan, kekhawatiran, ketidak tentraman dan tidak bahagia sampai akhir hayatnya. Sebaliknya mereka yang memahami makna yang dikandung ayat ini, hidupnya akan tenang, tentram dan bahagia.
Bilal lalu meminta agar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam membacakan wahyu yang turun malam itu, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan surat Ali Imran ayat 190-191 seperti yang sudah dikutip pada awal tulisan ini.
Ada makna dari setiap kejadian
Mereka yang selalu merasakan kehadiran dan peranan Allah dalam setiap kejadian, mereka akan tentram dan tenang apapun yang terjadi. Karena mereka yakin sekali, bahwa Allah Maha Pengasih dn Maha Penyayang.
Sehingga apapun yang Allah takdirkan untk mereka, pasti dalam kerangka kasih sayang Allah, walaupun ujian itu kejadian tidak menyenangkan, tidak enak, bahkan mungkin menyakitkan. Tapi bagi mereka tetap membahagiakan, karena itu datang dari Tuhannya, yang mereka yakini pasti tidak ada yang percuma dari takdir Allah, karena Allah sangat sayang kepada hamba- Nya.
Sebaliknya, bagi mereka yang tidak meyakini bahwa dibalik semua peristiwa itu ada kandungan makna da hikmahnya. Bahwa semuanya demi kebaikan dirinya, tapi tetap tidak dipahaminya. Maka hidupnya akan merasa resah, cemas dan khawatir dengan peristiwa yang tidak disenanginya itu.
Akhirnya, hidupnya tidak akan orang bahagia sampai akhr hayatnya, dan inilah yang ditangiskan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Kalau sampai ada kelompok umatnya yang tidak bisa menerima takdir Allah dengan perasaan senang, baik takdir itu menyenangkan atau tidak maka sengsaralah hidupnya.
Sejujurnya aku juga pernah mengalami kegalauan akut, butuh waktu sampai berminggu-minggu untuk menyembuhkan. Walau aku sering menulis tentang syukur, tetap saja kejadian bertubi-tubi berturutan membuatku gemeteran kebingungan. Pernah ada kejadian salah satu mall di Jogja terbakar, aku menulis postingan berjudul "Amplaz kebakaran seperti hatiku". Tadinya aku sempet lupa dengan hatiku yang dulu pernah kebakaran, baru ingat setelah membuat tulisan ini. Waktu itu tindakan yang aku lakukan adalah membelokkan kendaraanku dan mengosongkan dompetku ke kotak amal suatu masjid, uangnya gak nyampe 100rb sih di dompet. Aku berharap ada hawa segar agar aku bisa bernapas lega lagi, tapi memang semuanya butuh proses, sampai berbulan-bulan lamanya untuk memahami agar bisa mengatasai kegalauan berlarut-larut.
Benarkah keikhlasan itu ditujukan sepenuhnya hanya pada Allah, bolehkah kita memberi sedekah dengan sedikit harapan agar dimudahkan urusan kita? Tentunya melakukan kebaikan, dan berdoa tentunya boleh. Bukankah kita boleh meminta pada Allah. Dan sebetulnya ikhlas itu mudah saja, asal tidak memamerkan ke orang lain secara berlebihan atau riya' lalu serahkan pada Allah. Aku kadang suka aneh dengan tulisan yang ragu apakah dia ikhlas atau tidak. Bila kita bercerita pada orang untuk menyemangati orang lain agar banyak sedekah, maka bukan riya'. Kebijaksanaan adalah bila kita bisa memilah, tidak menyamaratakan semua kasus, semua akhirnya dilihat dari niatnya.
Salah satu warisan dari Wali Songo adalah lagu Tombo Ati karangan Sunan Bonang. Menghilangkan kegalauan adalah dengan shalat malam, dzikir, puasa, bergaul dengan orang sholeh, membaca Qur'an dan maknanya. Jadi aku gak percaya dengan suatu ajaran yang menyatakan untuk mendapatkan ketenangan dengan berendam di sungai. Seperti nama Sunan Kalijogo yang diartikan menjaga kali atau sungai. Lagu Tombo Ati dan ritual berendam di sungai sampai bertahun-tahun sangat bertentangan.
Kehilangan barang akan membuat kecewa, itu bisa diatasi dengan membeli barang lebih bagus lagi lalu dirawat dengan lebih hati-hati. Bagaimana bila ada sekelompok orang meneror hati kita. Mengancam ini itu, mengambil anak kita supaya hati kita patah, atau banyak sahabat yang tidak mau diajak bicara lagi sudah mencoba minta maaf tidak mau menjawab.
Bila terfokus pada kehilangan maka kita akan lupa dengan yang sudah kita miliki. Kenapa sibuk dengan seorang yang dicintai yang meninggalkan kita, rasanya hati kita tertaut padanya dan tidak bisa hidup pada dirinya. Padahal masih bisa makan tiga kali, masih punya badan sehat. Orang yang galau padahal masih banyak yang dimilikinya termasuk orang yang mendzalimi dirinya sendiri. Hati itu ditautkan pada Allah, semua yang kita miliki hanyalah titipan. Termasuk fisik, kecerdasan, kesehatan, harta, anak, pasangan, semua tidak abadi. Yang abadi hanyalah di surga kelak, dan hidup di dunia hanyalah mencari bekal untuk akhirat.
Butuh proses untuk melangkah yang tadinya muslim, menjadi mukmin kemudian muttaqin. Goncangan hidup mesti diatasi dengan kesabaran tanpa batas. Menautkan hati kita pada Allah setiap saat, napas kita adalah untuk berdzikir. Dan ketenangan adalah hadiah dari Allah bila kita mau terus bersabar. Insya Allah hidup akan menjadi dimudahkan dalam urusan dunia dan akhirat. Semoga kita semua ridho atas semua ketentuan Allah, sehingga Allah ridho dengan kita, sehingga kita di beri ketenangan di hati, dimudahkan dalam kehidupan kita ini baik dunia dan akhirat....
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dsn mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Ali Imran : 190-191)
Pernah terjadi peristiwa pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Waktu itu Bilal sudah selesai azan subuh di masjid Nabawi, Bilal menebarkan pandangannya ke seluruh ruangan masjid, tapi belum melihat kehadiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ini tidak seperti biasanya, karena biasanya, sebelum azan subuh, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam udah berada di dalam masjid. Oleh karena itu Bilal mengambil inisiatif untuk menjenguk Nabi shalllallahu 'alaihi wa sallam ke sebelah masjid, ke rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Setelah mengetuk pintu, dan mengucapkan salam, Bilal dipersilahkan Rasulullallah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke dalam rumah. Dan Bilal terheran-heran serta kaget melihat kondisi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ditemukan Bilal, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berada di atas sajadahnya. Pada tempat sujudnya penuh bekas air mata. bahkan jenggot beliau masih basah oleh air mata.
Melihat kondisi seperti itu, Bilal langsung bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang terjadi? Kenapa engkau sampai menangis seperti ini?" Dengan penuh kasih sayang Nabi menceritakan bahwa tadi malam turun wahyu, yang sangat luar biasa. Banyak umatku nanti yang hapal ayat tersebut, tetapi bagi mereka yang tidak paham kandungan makna ayat ini, maka hidupnya akan penuh dengan kecemasan, kekhawatiran, ketidak tentraman dan tidak bahagia sampai akhir hayatnya. Sebaliknya mereka yang memahami makna yang dikandung ayat ini, hidupnya akan tenang, tentram dan bahagia.
Bilal lalu meminta agar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam membacakan wahyu yang turun malam itu, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan surat Ali Imran ayat 190-191 seperti yang sudah dikutip pada awal tulisan ini.
Ada makna dari setiap kejadian
Mereka yang selalu merasakan kehadiran dan peranan Allah dalam setiap kejadian, mereka akan tentram dan tenang apapun yang terjadi. Karena mereka yakin sekali, bahwa Allah Maha Pengasih dn Maha Penyayang.
Sehingga apapun yang Allah takdirkan untk mereka, pasti dalam kerangka kasih sayang Allah, walaupun ujian itu kejadian tidak menyenangkan, tidak enak, bahkan mungkin menyakitkan. Tapi bagi mereka tetap membahagiakan, karena itu datang dari Tuhannya, yang mereka yakini pasti tidak ada yang percuma dari takdir Allah, karena Allah sangat sayang kepada hamba- Nya.
Sebaliknya, bagi mereka yang tidak meyakini bahwa dibalik semua peristiwa itu ada kandungan makna da hikmahnya. Bahwa semuanya demi kebaikan dirinya, tapi tetap tidak dipahaminya. Maka hidupnya akan merasa resah, cemas dan khawatir dengan peristiwa yang tidak disenanginya itu.
Akhirnya, hidupnya tidak akan orang bahagia sampai akhr hayatnya, dan inilah yang ditangiskan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Kalau sampai ada kelompok umatnya yang tidak bisa menerima takdir Allah dengan perasaan senang, baik takdir itu menyenangkan atau tidak maka sengsaralah hidupnya.
Sejujurnya aku juga pernah mengalami kegalauan akut, butuh waktu sampai berminggu-minggu untuk menyembuhkan. Walau aku sering menulis tentang syukur, tetap saja kejadian bertubi-tubi berturutan membuatku gemeteran kebingungan. Pernah ada kejadian salah satu mall di Jogja terbakar, aku menulis postingan berjudul "Amplaz kebakaran seperti hatiku". Tadinya aku sempet lupa dengan hatiku yang dulu pernah kebakaran, baru ingat setelah membuat tulisan ini. Waktu itu tindakan yang aku lakukan adalah membelokkan kendaraanku dan mengosongkan dompetku ke kotak amal suatu masjid, uangnya gak nyampe 100rb sih di dompet. Aku berharap ada hawa segar agar aku bisa bernapas lega lagi, tapi memang semuanya butuh proses, sampai berbulan-bulan lamanya untuk memahami agar bisa mengatasai kegalauan berlarut-larut.
Benarkah keikhlasan itu ditujukan sepenuhnya hanya pada Allah, bolehkah kita memberi sedekah dengan sedikit harapan agar dimudahkan urusan kita? Tentunya melakukan kebaikan, dan berdoa tentunya boleh. Bukankah kita boleh meminta pada Allah. Dan sebetulnya ikhlas itu mudah saja, asal tidak memamerkan ke orang lain secara berlebihan atau riya' lalu serahkan pada Allah. Aku kadang suka aneh dengan tulisan yang ragu apakah dia ikhlas atau tidak. Bila kita bercerita pada orang untuk menyemangati orang lain agar banyak sedekah, maka bukan riya'. Kebijaksanaan adalah bila kita bisa memilah, tidak menyamaratakan semua kasus, semua akhirnya dilihat dari niatnya.
Salah satu warisan dari Wali Songo adalah lagu Tombo Ati karangan Sunan Bonang. Menghilangkan kegalauan adalah dengan shalat malam, dzikir, puasa, bergaul dengan orang sholeh, membaca Qur'an dan maknanya. Jadi aku gak percaya dengan suatu ajaran yang menyatakan untuk mendapatkan ketenangan dengan berendam di sungai. Seperti nama Sunan Kalijogo yang diartikan menjaga kali atau sungai. Lagu Tombo Ati dan ritual berendam di sungai sampai bertahun-tahun sangat bertentangan.
Kehilangan barang akan membuat kecewa, itu bisa diatasi dengan membeli barang lebih bagus lagi lalu dirawat dengan lebih hati-hati. Bagaimana bila ada sekelompok orang meneror hati kita. Mengancam ini itu, mengambil anak kita supaya hati kita patah, atau banyak sahabat yang tidak mau diajak bicara lagi sudah mencoba minta maaf tidak mau menjawab.
Bila terfokus pada kehilangan maka kita akan lupa dengan yang sudah kita miliki. Kenapa sibuk dengan seorang yang dicintai yang meninggalkan kita, rasanya hati kita tertaut padanya dan tidak bisa hidup pada dirinya. Padahal masih bisa makan tiga kali, masih punya badan sehat. Orang yang galau padahal masih banyak yang dimilikinya termasuk orang yang mendzalimi dirinya sendiri. Hati itu ditautkan pada Allah, semua yang kita miliki hanyalah titipan. Termasuk fisik, kecerdasan, kesehatan, harta, anak, pasangan, semua tidak abadi. Yang abadi hanyalah di surga kelak, dan hidup di dunia hanyalah mencari bekal untuk akhirat.
Butuh proses untuk melangkah yang tadinya muslim, menjadi mukmin kemudian muttaqin. Goncangan hidup mesti diatasi dengan kesabaran tanpa batas. Menautkan hati kita pada Allah setiap saat, napas kita adalah untuk berdzikir. Dan ketenangan adalah hadiah dari Allah bila kita mau terus bersabar. Insya Allah hidup akan menjadi dimudahkan dalam urusan dunia dan akhirat. Semoga kita semua ridho atas semua ketentuan Allah, sehingga Allah ridho dengan kita, sehingga kita di beri ketenangan di hati, dimudahkan dalam kehidupan kita ini baik dunia dan akhirat....
0 comments:
Post a Comment