Oleh: Ahmad Rusydi, S.Psi, S.Sos.I.
Jakarta, 22 Oktober 2011
Penelitian ilmiah menunjukan bahwa ada pengaruh positif antara ibadah ritualistik terhadap kesahatan mental dan kebahagiaan spiritual, seperti penelitian yang dilakukan Cox (1073), Kilbourne & Richardson (1984), Richardson (1985) (dalam rakhmat, 2003). Pada tahun 1998 dilakukan penelitan oleh I. Marshal (dalam Hidayati, 2007) menjelaskan tentang bagian otak depan yang disebut lobus frontalis ternyata ada titik pada bagian ini yang dapat menghubungkan dengan jiwa, kalbu, dan menghubungkan kepada tuhan, titik ini mereka sebut God Spot. Bagian tersebut apabila diberikan rangsangan gelombang mikro elektronik maka orang yang bersangkutran akan merasakan sebuah kekhusyu’an, kedamaian, dan rasa dekat dengan tuhan. Titik tersebut sering distimulus oleh orang yang sholat pada gerakan sujud yang merupakan gerakan terbanyak dalam sholat.Penelitian Kaelber tahun 2002 (dalam Hidayati, 2007) menjelaskan bahwa dewasa ini penduduk wanita yang mengalami depressi antara 10% sampai 15% dan pada pria antara 5% sampai 12%, ini disebabkan karena orang telah meninggalkan agama dalam kehidupan, dan banyak karya ilmiah yang menyimpulkan bahwa komitmen agama bermanfaat bagi upaya pencegahan depressi dan dapat bertindak sebagai kekuatan pelindung dan penyangga seseorang dari resiko menderita depressi, itu sebagaiman yang ditulis oleh Prof. Dr. Dadang Hawari dalam bukunya yang berjudul Schizofrenia. Penyebab depresi pada awalnya adalah stress atau frustasi.
frustasi terjadi apabila terhambatnya suatu tujuan. Frustasi biasanya muncul karena konflik antara dua motif dimana motif pertama tidak bisa terpenuhi karena terhambat motif kedua. Contohnya adalah seorang ayah pengangguran yang ingin kehidupan keluarganya sejahtera, tidak miskin, mampu memenuhi kebutuhan keluarganya (motif 1) namun tujuan ini tidak bisa tercapai karena ia tidak punya skill (motif 2) sehingga tidak bisa bekerja, maka kondisi ini disebut sterss, ketika segala macam usaha dilakukan namun tetap tidak bisa tercapai, maka kondisi ini memungkinkan terjadinya frustasi, ketika perasaan gagal dan ketidakberdayaan ini terus-menerus dalam jangka waktu yang lama maka kondisi ini memungkinkan terjadinya depresi.
Setidaknya ada 4 perilaku ketika seseorang mengalami frustasi (Atkinson, 1983): pertama agresi, yaitu melakukan kekerasan baik dalam bentuk fisik maupun cacian kepada sumber frustasi (sterssor) ataupun melampiaskan kepada hal lain (displacement) yang biasa disebut pengkambinghitaman (spacegoating). kedua apati, yaitu bersikap acuh atau masa bodoh dan menarik diri terhadap permasalahan yang dihadapi. Perilaku ini terjadi karena proses belajar dimana pengalaman seseorang ketika berprilaku apati dalam menghadapi masalah ternyata berhasil mendapatkan tujuannya dengan cara ini, lama kelamaan keberhasilan ini menjadi sebuah penguatan (reinforcement), akhirnya sikap apati menjadi pilihan dalam menyikapi friustasi. Contohnya: anak yang mengacuhkan orangtuanya (apati) karena dimarahi, akhirnya mereka menuruti anaknya, sehingga sikap apati menjadi jurus andalannya dan menjadi kebiasaan dalam menghadapi frustasi yang tidak disadari. Ketiga ketidak berdayaan. Yaitu sikap tidak berdaya ketika frustasi menimpanya dan tidak ada usaha yang dilakukan. Ini disebabkan karena individu telah mengalami masalah yang sama dan ia meyakini bahwa tidak ada jalan keluar bagi permasalahannya sehingga indidvidu itu pasrah. Keempat regresi, yaitu tindakan kembali ke bentuk perilaku yang tidak matang (infantile). Contohnya, seorang anak 7 tahun yang kurang diperhatikan orang tuanya karena lebih memeprthatikan adiknya yang umur 3 tahun, kondisi ini membuat anak frustasi dan berperilaku seperti anak 2 tahun seperti mengompol, menangis, ngambek dan lain-lain agar mendapat perhatian orang tuanya.
Sholat Sebagai Sarana Meminta Pertolongan Untuk Trecapainya Motif Apa yang dilakukan manusia ketika tidak bisa mencapai tujuannya (motif) dan menyelesaikan masalahnya? Tentunya mereka membutuhkan pertolongan orang lain, lalu apa yang dilakukan manusia ketika orang lain juga tidak mampu menolongnya? maka inilah yang disebut frustasi. Kondisi dimana tidak menemukan cara untuk menyelesaikan permasalahan. Dibutuhkan penolong yang bisa membantu segala permasalahnya, secara natural manusia selalu meminta pertolongan kepada yang lebih mampu daripadanya. sebagai seorang muslim kita telah menegtahui siapa Penolong kita, adalah Allah yang Maha Penolong sebagaimana Allah berfirman:
??????? ???????? ????????? ??????????? ??? “hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan”
Adapun cara meminta pertolongan kepada Allah telah difirmankan pada ayat-ayat berikut:
?????????????? ??????????? ???????????? ?????????? ??????????? ?????? ????? ????????????
” mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya (sholat) adalah hal yang sungguh besar (berat) kecuali bagi orang-orang yang khusu’ ” (al-Baqoroh: 45)
??? ???????? ????????? ???????? ???????????? ??????????? ???????????? ????? ??????? ???? ????????????? (??????: 153)
” wahai orang-orang yang beriman!!!, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”
Karena itulah sholat secara bahasa berarti do’a, sarana untuk memohon dan meminta pertolongan kepada Allah SWT. Lalu apakah benar sholat bisa memcahkan permasalahan kita dan memberikan solusi?, karena itu dalam ayat tersebut disebutkan dua hal yakni ?????? ??????? , artinya kita perlu sikap sabar untuk menghadapi frustasi, kita harus berbuat secara aktif untuk mencari pemecahan masalah terlebih dahulu dibarengi dengan tawakkal kepada Allah dengan sholat. Setiap pengaduan, keluhan akan didengar dan dikabulkan (Prof. Dr. Abdul Mujib. M.Ag, 2001). Allah berfirman:
??????? ????????? ????????? ?????????? ?????? ????? ????????? ??????????????? ???? ?????????? ????????????? ????????? ??????????
” danTtuhanmu berfirman, ‘berdo’alah kepadaKu niscaya akan aku ijabah bagimu, sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembahku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina’ (ghoofir: 60)
Dalam tafsir fi dzilal al-qur’an dalam menafsirkan ayat ini bahwa sabar merupakan bekal yang harus dimilki dalam menghadapi setiap kesulitan dan penderitaan, dan sholat adalah hubungan pertemuan antara hamba dengan Tuhan, hubungan yang dapat menguatkan hati, hubungan yang dirasakan oleh ruh, hubungan yang dengannya jiwa mendapatkan bekal di dalam menghadapi kesulitan dunia. Ketika usaha sedemikian sulit maka kadang-kadang kesabaran menjadi lemah, karena itulah diiringi dengan sholat, sebab sholat adalah penolong yang tidak akan habis, yang akan memperbaharui kekuatan, dan selalu meperbaharui hati, dengan sholat kesabaran akan tetap ada dan tidak terputus, justru akan makin mempertebal kesabaran, sehingga akhirnya seorang muslim akan teguh, tenang, dan ridho Sholat Sebagai Sarana Menenangkan Emosi Dan Meningkatkan Proses Kognisi Sholat akan membantu kita untuk menenangkan jiwa sehingga bisa berfikir dengan tenang, karena sesungguhnya emosi sangatlah mempengaruhi proses kognisi (pikiran) (Prof. Dr. Suharman, M.S, 2005).
Sholat merupakan bentuk aktifitas ibadah yang paling sempurna dan sarana dzikir yang paling lengkap (Fi dzhilaali Qur’an) Allah berfirman: ????????? ???????? ?????????????
??????????? ???????? ??????? ????? ???????? ??????? ??????????? ??????????
” orang-orang yang beriman dan hatinya tenang dengan mengingat Allah, sesungguhnya hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang” (ar-Ro’d: 28)
???????? ????? ??????? ??? ?????? ?????? ????? ???????????? ???????? ?????????? ?????????
” sungguh Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingatku” (toha: 14)
Suasana hati tertentu (emosi positif atau negatif) yang telah dialami seseorang berperan penting dalam dalam menyelesaikan tugas-tugas pemecahan masalah kreatif. Secara umum dapat dikatakan bahwa suasana hati yang positif lebih meningkatkan perilaku kreatif dari pada suasana hati yang netral, sedangkan suasana yang negatif cendrung menurunkan perilaku kreatif (hasil penelitian Isen, Johnson, Mertz, Robinson, 1985, dan Doubman, Nowicki, 1987) Maka bagi seorang muslim, sholat merupakan cara untuk mendapatkan emosi positif. Dari emsoi positif tersebut maka akan meningkatkan perilaku kreatif sehingga dapat melakukan pemecahan masalah Sholat sebagai katarsis Ilahiyah Katarsis merupakan ekpresi psikis suatu emosi dengan cara mencurahkan pengalamanan-pengalaman traumatik (Schultz & Schultz). Biasanya dalam psikoterapi seseorang klien bercerita secara lepas kepada terapis, setelah itu klien akan merasakan bebannya hilang. Manusia mempunyai insting untuk melepaskan dorongan-dorongan tersebut, seseorang membutuhkan orang lain untuk meringankan bebannya dengan cara mencurahkan isi hatinya, menangis, dan lain-lain. ini adalah perilaku alami yang dilakukan manusia, contoh sederhananya yang biasa dilakukan manusia adalah “curhat-curhatan” Begitu pula dalam sholat, katarsis bisa dilakukan tanpa menggunakan prosedur yang berbelit-belit dan dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Dan bukan dengan teman, terapis, atau psikolog, tapi dengan Allah SWT Orang frustasi dikarenakan adanya beban hidup yang dipikul sendiri, namun tidak demikian bagi seorang muslim, dalam sholatnya ia menyerahkan segalanya kepada Allah, seperti dalam doa iftitah sehingga dapat melepas ketegangan, stress, dan kecemasan
????? ???????? ????????? ??????????? ?????????? ??????? ????? ????????????
“sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah tuhan semesta Alam”
Begitupula dalam doa duduk antara dua sujud, dimana seorang muslim mencurahkan permohonan-permohonanya dan kebutuhan-kebutuhannya:
???? ?????? ??????? ??????? ??????? ??????? ??????
” ya Tuhanku, ampunilah aku, belas kasihi aku, tamballah kekuranganku, angkat derajatku, berilah rezeki padaku dan tunjukilah aku” (HR Ahmad Dari Ibn Abbas)
Efeknya; Sholat Mencegah Prilaku Keji Dan Munkar Merupakan efek jaka panjang sholat bagi seorang muslim atas terpelihara dirinya dari keji (???????) yang biasa terjadi karena sterss, frustasi ataupun depresi, dimana mereka banyak melakukan pengalihan (displacement) kepada alkoholisme, perzinahan, obat-obatan terlarang, bunuh diri, dan lain-lain. Sholat juga mencegah sifat munkar, yang biasa terjadi dalam bentuk agresi, seperti membunuh, menyiksa, dan lain-lain
. ……???????? ?????????? ????? ?????????? ??????? ???? ???????????? ????????????…….
“…dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat mencegah perbuatan keji dan munkar…”
Diskusi:
Namun permasalahan yang muncul sekarang adalah bahwasanya sholat tidak membawa perubahan apapun pada pelakunya, dikarenakan menjadikan sholat sebagai ibadah yang terpisah dari substansinya, tidak memahami esensi sholat itu sendiri, dan tidak memahami sholat yang khusyu apalagi melakukan sholat dengan khusyu’. Sholat yang khusuyu merupakan syarat agar seholat tersebut bisa menjadi sebuah terapi, karena perlu pengalaman spiritual yang mendalam, seperti kita ketahui bahwa berkomunikasi dengan Allah dalam Sholat, merasa tenang dalam sholat, dan meminta pertolongan kepada Allah dalam sholat merpuakan indikator sholat khusyu’. Karena itu umat islam akan senatiasa sehat rohaninya apabila bisa melakukan sholat dengan khusyu’. Dan hendaklah kita termasuk muslim yang bisa menjaga ke-khusyu’an sholat tersebut sehingga terjaga pula kesehatan jiwa kita, karena solat akan membawa kita kepada ketaqwaan dan orang yang bertaqwa selalu sehat mental. Keismpulan ini senada dengan yang diungkapkan Prof. Dr. Dzakiyah Darajat (1993) yang menjelaskan bahwa manusia yang sehat mentalnya adalah manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan merealisasikan nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupannya, sehingga kehidupan ini dijalani sesuai dengan tuntutan agama. . Wallahu a’lam bissawaab.
Sumber:
Atkinson, Rita, et.al. 1983. Introduction to Psychology (Eight Edition). Harcourt Brace Jovanovich. Inc
Daradjat, Zakiyah. 1993. Ilmu Jiwa Agama. PT. Bulan Bintang. Jakarta
Hawari, Dadang. 2002. Schizofrenia. UI. Jakarta
Hidayati, Heny Narendrany. 2007. Psiokologi Agama. UIN Jakarta Pres
Mujib, Abdul dan Mudzakir, Jusuf. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Quthub, Sayid. Fi Dzhilaal al-Qur’an.
Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psdikologi Agama. Mizan. Bandung.
Schultz, Duane P and Schultz, Sydney Ellen. 2005. Theories of Personality (Eight Edition). Thomson. USA
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Srikandi. Surabaya
0 comments:
Post a Comment