Shenzhen, wilayah yang ada di provinsi Guangdong, China mencetak biru catatan keberhasilan reformasi ekonomi di negeri tirai bambu (sebutan lain China). Wilayah ini awalnya hanya desa nelayan. Namun sekarang tempat lahirnya reformasi ekonomi di China dan menjadi “raja teknologi’ di dunia. Kota yang berbatasan dengan Hongkong ini sekarang membuat investor luar negeri tertarik. Tidak main-main perusahaan teknologi dan informasi Taiwan Foxconn yang memproduksi komponen apple, Panasonic investasi di sini. Gaji buruh di Shenzhen termasuk yang tertinggi 1.100 Yuan jika dibandingkan dengan kawasan pedalaman yang miskin seperti di Henan 600 yuan (1yuan = 1.350) (kompas,7/9).
Proses tersebut tidak sebentar 30 tahun tepatnya pada 1980, De Xiaoping mengambil langkah tepat menjadikan kawasan ini sebagai kawasan ekonomi khusus. Di mana kawasan ini bisa menerima investor dari luar China. Sebagai kawasan ekonomi khusus De Xiaoping ingin menjadi pelaku ekonomi dunia internasional. Ungkapan De Xiaoping : Tidak penting apakah kucingnya putih atau hitam, asalkan pandai menangkap tikus. Ungkapan ini menunjukkan China tetap berideologi komunisme, namun sistem perekonomian kapitalisme tidak masalah yang penting masyarakat China makmur. Kota ini telah menjadikan China sebagai kota investor terbesar kelima di dunia.
Keberhasilan China tidak lepas dari kemauan politik pemerintah pusat, dalam arti sebenar-benarnya. Bukan hanya janji-janji yang membodohi dan mengadu domba rakyatnya sendiri. Kesabaran dan ketelitian, bayangkan masyarakat dan pemerintahan China melewati proses 30 tahun, bukan waktu yang sebentar sedangkan kita, Sudah sabar dan telitikah kita dalam membangun bangsa? Kita harus memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk mencapai mimpi bangsa yang jaya dan menjadi pelaku aktif dunia internasional.
***
Dalam sebuah hadist “uthlubul ilma walau bi al shin”artinya carilah ilmu sekalipun ke negeri China. Rosul Muhammad 14 abad yang lalu, Panutan umat Islam memberi nasihat kepada kita untuk mencari ilmu sampai ke negeri China. Terlepas beberapa ulama hadist memberikan status hadist ini Dhoif (lemah). Imam al-Qurthubi dalam kitabnya Jami’ Bayan al-Ilmi wa Fadhlih maksud dari hadist tersebut adalah dilihat dari sisi jauhnya. Artinya, sekalipun tempatnya sangat jauh, untuk masalah ilmu tetap perlu dikunjungi dan didatangi. Namun melihat perkembangan China sekarang tidak sekadar dari sisi jauhnya. Perkembangannya seakan menjawab hadist itu benar adanya. Dan menjawab mengapa kita harus belajar ke negeri China.
0 comments:
Post a Comment