Agama animisme yang dianut oleh penduduk Indonesia sebelum masuknya agama asing seperti Hindu, Budha, Kristen, Islam, adalah agama yang mempercayai adanya Ruh Tuhan yang mengalir dalam setiap makhluk. Kekuatan Tubuh sesuai dengan kapasitas Ruh Tuhan yang mengalir didalamnya. Sehingga ada diantara mereka yang memuja dan mengkultuskan leluhur atas dasar keyakinan bahwa Ruh leluhur lebih kuat dari Ruh mereka sendiri.

Bahkan ada yang menyembah binatang buas, disamping karena merasa takut, juga atas kepercayaan rasa takut itu merupakan indikasi adanya Ruh Tuhan membuat tubuh binatang-binatang tersebut menakutkan.

Bahkan pengaruh tersebut dikalangan penganut islam di indonesia masih kuatnya, seperti keadaan ruh ada yang mengatakan Tuhan memberikan pilihan untuk tetap tinggal di dunia. Sehingga Ruh dapat bertemu dengan manusia dalam keadaan terjaga.

Dan pengaruh agama asli Indonesia itu terhadap agama-agama pendatang, adalah suatu realitas yang tak dapat di-ingkari, baik itu terhadap agama Hindu, Budha, Islam maupun Kristen. Dari waktu ke waktu terus saja menyusup kedalam agama pendatang, hal ini akan nampak terlihat jelas seperti dalam penyimpangan-penyimpangan tasawuf di Indonesia.

Seperti hal nya Kaum Syiah percaya akan adanya cahaya purba yang melewati nabi satu ke nabi yang lain dan setelah itu ke imam-imam, Nur itu melindungi nabi-nabi dan imam-imam dari dosa dan mengkaruniai mereka pengetahuan tentang rahasia-rahasia Illahi. Yang dikenal dengan nama Nur Muhammad.

Yang kesemuanya nanti akan terlihat, menjadikan konsep Wahdatul wujud dan konsep Hulul nya para sufi falsafi. Juga akan terlihat dengan doktrin-doktrin aliran kepercayaan yang ada di Indonesia.

Kedatangan orang India membawa agama Hindu-Budha mencapai puncak kejayaan, seperti kerajaan Budha terbesar di Asia Tenggara Sriwijaya, dan sinkretisme Budha Hindu, mencapai puncaknya adalah jaman kerajaan Majapahit. Bahkan orang India membawa tulisan dan bahasa sansekerta yang sekarang dikenal dengan "kawi". Dengan datang nya Islam dan meluas sampai kepelosok nusantara, orang-orang Hindu hijrah ke pulau Bali.


Sedangkan Islam datang ke Indonesia melalui peran wali sanga pada abad 13 M, melalui tasawuf Suni, yang diperkenalkan dengan da'i Allawiyyin

Tasawuf sendiri dibagi dua, pertama adalah sesuai dengan awalnya adalah ajaran pokok yang selanjutnya menjadi inti tasawuf baru muncul secara lengkap pada abad 3 H, pada abad 2 H belum diketahui ada orang yang dinamakan sufi, yang terlihat adalah aliran zuhud, yang penganutnya disebut zahid. Ajaran moral sesuai dengan al-Quran dan Hadits inilhah yang diperkenalkan oleh para wali sanga tersebut.

Dan yang kedua adalah tasawuf falsafi, yang menggabungkan tasawuf dengan berbagai aliran mistik, dari luar lingkungan islam, seperti Hinduisme, kependetaan kristen atau teosofi dalam neo-platoism. Hal ini terlihat dengan jelas adalah dengan timbulnya konsep fana, al-ittihad, al-hulul, yang sangat sulit menemukan dasar-dasarnya dalam al-Quran, sebaliknya dengan mudah bila kita melihat suatu akar-akarnya yang timbul dari suatu kepercayaan orang persia, India Contoh konkrete misalnya pernyataan Tuhan dalam diri manusia dan lain sebagainya..

Hal ini sangat jauh dari ajaran wali sanga dan dipelopori oleh syekh siti jenar, penyimpangan yang jelas adalah hendak melepaskan dari syariat islam dan kewajibannya. Tasawuf menyimpang ini kita kenal pula dengan nama kejawen atau kebatinan. Dan semakin semaraknya tasawuf jenis ini ketika Hamzah Fansuri berhasil mengaktifkan yang pasif, serta mengarahkan tasawuf falsafi yang bermazhab ibn arabi menjadi mazhab yang lengkap dan sempurna dan mengagumkan murid-muridnya.



Di Indonesia ini kurikulum pesantren yang universal berasal dari abad 19 M, dan bersumber pada dominasi tradisi keilmuan islam di tanah Hijaz oleh para ulama Kurdi. Superioritas tradisi keilmuan kaum tarekat Naqsyabandiyah dari Kurdistan, telah dirasakan bekas-bekasnya oleh kaum muslimin dari kawasan Asia Tenggara.

Keterpautan Muslim Kurdi dengan mazhab Syafii dalam fiqih membuat mudahnya tradisi keilmuan mereka segera diserap dan disebarluaskan di kalangan ulama Nusantara, yang umumnya bermazhab sama. Salah satu Ulama Indonesia yang merupakan perwakilan utama “tradisi Kurdi” adalah Hasyim Asyári dari tebu Ireng” dan banyak lagi spt Syekh Arsyad Banjar , Syekh Abdul Karim Banten, Syekh Abdul Samad Palembang, Syekh Saleh Darat Semarang Syekh Abdul Muchji Pamijahan, Syekh Machfud Termas di Pacitan, Syekh Khalil Bangkalan dll (dikutip dari Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Pengantar dari KH Abdurahman Wachid)


Didalam pesantren sebagai kunci Islam tradisional, peranan kiai atau ajengan atau tuan guru adalah sangat menentukan dan kharismatik. Sikap takzim dan kepatuhan mutlak adalah nilai pertama yang ditanamkan pada para santri.

Kandungan intelektual Islam tradisional berkisar pada akidah paham Asy'ari (khususnya karya-karya al-Sanusi), mazhab fiqih Syafi'i (dengan sedikit menerima tiga mazhab lain) dan sedikit ajaran-ajaran akhlak dan Tasawuf al-Ghazali dan pengarang kitab sejenisnya. Juga ilmu alat yang berupa gramatika bahasa arab yang bernama nahw, banyak dipelajari didalam pesantren. Kebanyakan kiai mengajarkan kitab kuning, tetapi tidak sedikit pula yang menambah khazanah Islam tradisionil yang mengarang kitab sendiri.

Tradisi pesantren berdasarkan Sufistik Ubudiyah, Ibadah fardhu dilengkapi dengan ibadah sunnah dan zikir, wirid atau ratib. Banyak Kiai yang berafiliasi dengan tarekat dan mengajarkan kepada pengikutnya ibadah dan amalan sufistik yang khas. Nabi dan ahl al-Baiyt sangat dimuliakan dan menjadi obyek sejumlah shalawat. Para wali pun sangat dimuliakan dan sering diminta pertolongannya.

Mengunjungi makam para wali dan sejumlah kiai merupakan bagian penting dalam acara tahunan. Hampir semua pesantren di jawa mempunyai perayaan tahunan (khaul, hawl), untuk memperingati ulang tahun kematian kiai pendirinya.

Kharisma Kiai didasarkan kekuatan spiritual dan kemampuan memberi berkah karena hubungannya dengan alam gaib. Kuburannyapun dipercaya dapat memberikan berkah. Kaum Tradisionalis menganggap hubungan orang yang sudah mati dengan yang masih hidup merupakan konsep integral dari konsep wasilah, keperantaraan spiritual. Mata rantai yang terus bersambung dari seorang guru, hidup atau mati, melalui guru-guru yang terdahulu dan wali sampai kepada Nabi dan karenanya kepada Tuhan, dianggap penting untuk keselamatan. Seperti yang diungkapkan oleh Gus Dur bahwasannya keanggotaan Kiai NU tidak dianggap berakhir karena kematiannya, supaya wasilah tidak terputus.

Konsep mata rantai yang terus bersambung sampai kepada Nabi adalah sangat penting bagi Islam tradisional. Hal itu terdapat dalam berbagai aspek seperti pada silsilah tarekat. Isnad hdist juga isnad kitab-kitab dipelajari. Mata rantai tersebut merupakan keotentikan tradisi.

Dalam hal mata rantai tarekat, jarak antara ruang dua mata rantai terkadang dibenarkan, seperti misalnya para sufi mengaku pernah dibaiat dalam mimpi atau bertemu secara batiniyah dengan para wali yang sudah wafat. Yang paling ektreem adalah sufi yang mengaku dibaiat oleh Nabi Muhammad sendiri. Seperti misalnya Ahmad Al-Tijani pendiri tarekat tijaniyah, yang mengaku bertemu Rasulullah saw dalam keadaan terjaga, yang diberi amalan sesuai dengan ciri khas tarekatnya.

Tareqat dalam bahasa arab berarti jalan. Pertama-tama adalah serangkaian teknik-teknik spiritual dan praktek-praktek ibadat yang khas. Dan yang terpenting dari semua ibadat yang dimaksud tersebut adalah zikir atau mengingat Tuhan. Yang diantaranya adalah pembacaan nama-nama Allah dan kalimat La Ilaha illa Allah, dengan cara yang khas dan jumlah yang sudah ditentukan, serta berbagai rangkaian doa (hizib, shalawat) atau doa yang panjang (ratib, wirid). Pembacaan ini kadang-kadang dibarengi dengan pengaturan nafas dan gerakan tubuh tertentu, dan kadang-kadang juga terdapat pengamalan asketik. Sebuah tarekat bisa juga mempunyai teorinya yang khas tentang hal dan maqam ruhani yang akan dicapai oleh para pengamalnya melalui latihan-latihan tersebut.

Jalan yang harus ditempuh itu menurut tasawuf adalah berupa tarekat Sufi, Sufi atau calon sufi dengan bimbingan seorang syekh mursyid (guru tarekat) secara berangsur-angsur melalui maqamat dan keadaan mental (ahwal), yang akhirnya sampai dekat kepada Allah sedekat-dekatnya.

Dalam kitab-kitab tasawuf yang namanya maqam atau tempat persinggahan tingkatan tasawuf itu bermacam-macam ada yang sampai empat puluh, tetapi sebenarnya diantara maqam-maqam itu , tidak jarang seorang sufi mendapatkan muhibah (karunia) dari Tuhan yang mereka namakan hal, yang dalam keadaan mental seperti perasaab senang, sedih, gembira, dan takut yang bersifat sementara.

Pada abad ke 3 H, maqamat oleh para sufi ditambahkan dengan istilah “penyatuan diri” dengan Tuhan. Hal itu terjadi ketika filsafat dalam Islam mulai berkembang di dunia islam mereka mulai merancang teori fana, baka, ittihad dan hulul, kemudian mencapai puncaknya pada wahdatul wujud pada abad ke 6 H.

Lalu tarekat itu sendiri prakteknya adalah tata cara kehidupan yang ditetapkannya dan melaksanakan wirid, zikir, doa serta memanfaatkan waktu se-effisien mungkin.

Sebagai contoh yang dcapai oleh al-Hallaj adalah Tuhan dapat mengambil tempat pada dirinya (Hulul). Menurutnya Tuhan mengambil Tubuh manusia setelah manusia itu sendiri menghilangkan sifat kemanusiaannya.yang ada dalam tubuhnya.

---------- Post added at 02:22 ---------- Previous post was at 02:11 ----------

Dalam kosmologi Jawa seperti halnya kosmologi Asia tenggara lainnya, pusat-pusat kosmis yang merupakan titik temu antara dunia fana dan alam supranatural, memainkan peranan sentral, alias kesaktian yang merupakan legitimasi politik, makanya jaman dulu pasti deh raja itu sakti mandraguna. Mereka mencari ilmu dengan mengunjungi tempat-tempat angker, kuburan, gunung, sebagai tempat ngelmu alias tapa, terutama pada jaman kerajaan-kerajaan dahulu. Dengan masuknya Islam, pengaruh ini masih kental, dengan melihat orang-orang Asia tenggara lainnya mencari elmu di tanah Suci Mekkah, maka pada tahun 1630 mulailah raja-raja Banten, Mataram, mencari Elmu di tanah Suci. makanya ada ceritera katanya Prabu Kiansantang keturunan Prabu Siliwangi masuk islam setelah kalah bertarung disana (katanya lho). Raja-raja itu mengirim utusan untuk mendapatkan legitimasi politik dan beranggapan barangsiapa pulang dari sana akan mendapatkan sokongan supranatural tersebut.

Padahal sebenarnya disana nggak ada tuh yang namanya instansi yang berwenang untuk memberikan gelar kepada raja, maupun para utusan selain gelar haji barangkali ya?. Barangkali di Makkah, para Raja itu menganggap Syarif Besar yang menguasai Haramain (Makkah dan Madinah) saja , yang menguasai spiritual Dar-Islam itu. Pulang darisana mereka sebagai Raja, mendapatkan oleh-oleh dari Syarif besar tersebut, diantaranya adalah Kiswah, yang tentu saja dianggap jimat yang mangkus.

Wah-wah-wah dari sini sebenarnya menyebar aliran tersebut, sepulang dari sana, mereka ada yang pergi haji secara supranatural, ada yang air sumur mempunyai hubungan dengan zam-zam di Mekkah, banyak sekali kisah-kisah tersebut.

Hal ini dikarenakan bercampurnya berbagai keyakinan dari animis, dinamis, Hindu dan Buddha. Misalnya saja yang namanya aliran-aliran tarekat, mempunyai cara-cara seperti Yoga, pernapasan berzikir dan menjadi paranormal sekalipun.

Jadi kalau dibilang penyebabnya adalah semata memang di Indonesia itu dahulunya lebih kepada ajaran mistis, ditambah kedatangan Hindu dan Buddha dan terpengaruh juga oleh Kristen dengan sistem kependetaannya. Yang kalau kita lihat sebenarnya Sufi falsafi itu asalnya dari Persia dan pengaruh dari ajaran Hindu sendiri. Hindu itu hebat deh, pengaruhnya hampir keseluruh agama.