Monday, October 25, 2010

SBY Kebingungan Mau cari Tempat Tidur



Gara-gara Patwal (Patroli Pengawalan) yang arogan terhadap rakyat, Presiden SBY jadi bingung mau tidur di mana. Dari sana-sini bermunculan saran. Anak kos saja tidak ada yang kebingungan seperti ini. Giliran Presiden tiba-tiba saja semua jadi ikut-ikutan sibuk memberikan masukan.
Katanya setiap hari jalan dari Cikeas ke Istana memang tidak pernah sepi dari kemacetan, ada atau tidak ada rombongan Presiden melewatinya. Hanya orang lain saja yang suka bawel. Pasti ini ada peran partai besar yang ikut bermain, duga Ruhut Sitompul. Aneh juga pemikiran abang kita yang satu ini. Masak, sih sampai seperti itu.
Sebetulnya adalah hak prerogatif Presiden mau tidur di mana. Kata orang, tidur itu khan perkara mata, bukan tempat.  Pengawal jaga saja ada yang bisa tidur sambil berdiri bertelekan senapan. Kalau dilihat dari jauh dan dalam keadaan malam yang remang-remang pasti dikira sedang bertugas di pos penjagaan.  
Seperti saran banyak pihak, ada dua tempat yang bisa menjadi pilihan tempat tinggal Presiden selain rumah pribadi di Cikeas, yakni Istana Negara dan Wisma Negara. Namun katanya, SBY lebih suka di Cikeas karena dia biasa mengadakan pertemuan politik di luar tugas kenegaraan. Kalau di Istana Negara atau di Wisma Negara takut dibilang menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi.
Dulu kabarnya, SBY pernah memilih akan tinggal di Istana Negara. Ketika terpilih sebagai Presiden pada Pemilu 2004, dalam kesempatan salat Jumat di Masjid Al-Istiqomah, Cikeas, Bogor (24/9/2004), sejumlah jamaah bertanya kepada SBY soal tempat tinggalnya setelah menjadi presiden.
“Saya akan tinggal di Istana. Pertimbangannya demi efisiensi,” kata SBY saat itu. Menurut SBY lagi para tamu juga akan lebih gampang. “Yang lebih utama, tidak akan bikin macet jalan, kalau saya lewat.” (detiknews.com, 16/7/2010)
Tetapi kenapa pada akhirnya Presiden SBY lebih memilih tinggal di Cikeas? Selain dengan alasan pertemuan politik, dicurigai ada latar belakang cerita yang sedikit berbau mistis mengenai Istana Negara menjadi penyebabnya. Bangunan yang dibangun sejak zaman kolonial ini, dan pernah menjadi kediaman beberapa gubernur jenderal Belanda, konon ceritanya berhantu. Seperti yang pernah dialami Gus Dur ketika menjadi Presiden dan tinggal di istana bersama keluarganya, anak bungsunga, Inayah, sering diganggu makhluk halus.
Praktis, selain Gus Dur, hanya Presiden Soekarno yang tinggal di Istana Negara. Mungkin keduanya cukup “sakti” untuk menghadapi fenomena supranatural di lingkungan Istana Negara. Sementara presiden-presiden lainnya tinggal di rumah pribadi masing-masing, karena takut?
Selain saran pindah tempat tinggal ke Istana Negara atau Wisma Negara, ada juga yang memberi saran Presiden SBY menggunakan helikopter untuk menuju Istana. Walaupun penggunaan helikopter cukup memakan biaya, namun tetap lebih murah daripada membangun jalan tol dari Cikeas ke Istana, ya khan Pak SBY?
Omong-omong, dulu dalam sebuah pertemuan, SBY pernah menggunakan cerita “ayah dan anak bersama seekor keledai” sebagai nasehat bagaimana seharusnya sikap kita dalam mengambil keputusan. Ceritanya, kedua anak beranak dalam cerita itu menjadi kebingungan dan serba salah karena selalu disalahkan oleh orang lain. Si ayah atau si anak menaiki keledai sendirian, berdua atau tidak dinaiki sama sekali, tetap saja salah di mata orang lain.
Sekarang, Presiden SBY sendiri telah menjadi kebingungan seperti cerita “ayah dan anak bersama seekor keledai” tadi.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...