Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Saudara-saudara satu keluarga pun mempunyai sifat yang tidak bisa kita samakan. Kakak yang biasanya bertanggung jawab dan sayang kepada adik-adiknya mungkin akan kita temui di kehidupan ini. Bisa jadi kita juga akan menemui kakak yang tidak bertanggung jawab bahkan tidak peduli dengan adik-adiknya.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memahami orang lain. Memahami orang lain bukan pekerjaan yang mudah. Sewaktu-waktu kita paham pada orang yang kita kenal, tapi di waktu yang lain kita malah terkecohkan dengan pemahaman kita itu. Pengetahuan kita tentang pribadi dan sifat orang yang akan kita temui pun harus kita ketahui.
Ada beberapa pintu (window) yang berlaku dalam kehidupan kita. Pintu pertama, terkadang kita tidak memahami orang lain, namun orang lain yang lebih paham akan diri kita. Untuk itulah kita harus berusaha aktif agar orang yang kita temui bisa kita pahami dengan benar. Kadang kala kita memahami orang lain, tapi orang lain tidak memahami apa yang kita inginkan atau kita pikirkan. Untuk hal itu kita berusaha memberi pemahaman dan penjelasan tentang apa yang kita inginkan atau yang kita pikirkan. Ada juga yang keduanya sama-sama saling memahami sehingga tidak sulit untuk bergaul dengan keduanya.
Kedua poin di atas sangat dekat dengan kehidupan kita, tapi ada beberapa poin yang berbeda dengan kedua pintu ( window) di atas, yaitu Kita dan orang lain tidak saling memahami sehingga sering terjadi perbedaan, yang akhirnya jika tidak dapat diatasi, maka akan timbul suatu permasalahan yang tidak dapat diselesaikan. Untuk itu dibutuhkan usaha yang baik di antara kedua pihak.
Paul Eakman dalam bukunya ‘Memahami Emosi Orang’ menulis bahwa pemahaman kita terhadap orang lain akan menyebabkan komunikasi kita dengan orang lain terjalin dengan harmonis. Dalam berhubungan dengan orang lain, kita sering mengahadapi berbagai kendala. Terkadang kita tidak mengerti pola pemikiran mereka atau perasaan dan emosi orang tersebut. Kita hanya bisa mengatakan “Oh, dia sedang marah” atau ” Aku tahu, dia tidak suka kepadaku !” Dari mana kita bisa menilai semua itu ?
Dalam diri manusia terdapat 3 komponen sikap, yaitu perasaan (emosi), kognitif (pikiran), dan konasi (kemauan/kehendak). Ketiga komponen ini tidak bisa kita tafsirkan secara gamblang kecuali jika dia berubah menjadi suatu perbuatan/tindakan nyata, maka kita akan bisa menyatakan “Dia marah !” dengan tepat.
Kita menafsirkan orang yang suka kucing adalah orang yang penyayang, mungkin pendapat itu ada salah dan benar sehingga kita membutuhkan penguatan yang akhirnya membawa kita untuk menyatakan, “Iya, benar sekali, dia adalah orang yang penyayang !” Untuk itu kita harus melihat kebiasaannya, emosinya atau perasaannya ketika berhadapan dengan kucing, begitu pun manusia. Untuk memahami manusia jauh lebih mudah dibandingkan dengan hewan. Karena apa ? Karena manusia mampu berkomunikasi, dia mempunyai akal sehingga bisa menganalisis apa yang akan dia lakukan ketika dia berhadapan dengan orang yang mempunyai pemikiran, emosi, dan kemauan seperti yang akan dia temui.
Ada beberapa hal yang menurut saya bisa kita lakukan jika ingin memahami orang lain, yaitu :
1. Banyak-banyak bergaul dengan berbagai jenis orang dari berbagai aspek kehidupan, misalnya sosial- ekonomi yang berbeda-beda.
2. Dalam bergaul, perhatikan mimik/ekspresi wajah orang yang kita temui. Belajarlah memprediksi perasaan apa yang sedang mereka alami.
3. Galilah penafsiran yang ada itu di dalam pikiran kita dengan mengajaknya berbicara.
4. Pelajari tempramen mereka dengan berbagai tipe ; sanguinis, koleris, phlegmatis, dan melakolik. Silahkan baca tulisan dari /<
5. Pelajari pola pemikiran mereka dengan menyatakan pendapat bila kita suka atau tidak dengan apa yang dia bahas.
5. Pelajari pola pemikiran mereka dengan menyatakan pendapat bila kita suka atau tidak dengan apa yang dia bahas.
0 comments:
Post a Comment